India Catat Lebih dari 4.000 Angka Kematian Kasus Covid

Para ahli belum yakin kapan India akan mengalami masa puncak Covid-19.

EPA-EFE/IDREES MOHAMMED
Seorang anggota keluarga, mengenakan Alat Pelindung Diri (APD), melakukan upacara terakhir untuk korban COVID-19 di tempat kremasi di New Delhi, India, Kamis (29/4). Delhi melaporkan 25.986 kasus baru, 368 kematian dalam 24 jam terakhir dan terus berlanjut. berjuang dengan suplai oksigen.
Rep: Fergi NadiraInc Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India mencatat lebih dari 4.000 kematian akibat Covid-19 untuk hari kedua berturut-turut, Kamis (13/5) waktu setempat. Menurut data kementerian kesehatan, India memiliki 362.727 infeksi Covid-19 baru selama 24 jam terakhir.  Adapun angka kematian bertambah 4.120 kasus.

Para ahli tidak yakin kapan angka akan mencapai puncaknya dan kekhawatiran berkembang tentang penularan varian yang mendorong infeksi di India dan menyebar ke seluruh dunia.

Baca Juga


Seorang profesor epidemiologi di Universitas Michigan, Bhramar Mukherjee mengatakan, sebagian besar model telah memperkirakan puncaknya pekan ini. Dengan begitu India  dapat melihat tanda-tanda tren itu. Namun, menurutnya, jumlah kasus baru setiap hari cukup besar untuk membebani rumah sakit. "Kata kuncinya adalah optimisme hati-hati," ujarnya.

Situasi Covid-19 terdeteksi sangat buruk di daerah pedesaan Uttar Pradesh, negara bagian terpadat di India dengan populasi lebih dari 240 juta. Gambar-gambar televisi memperlihatkan keluarga-keluarga yang menangisi jasad keluarga yang meninggal di rumah sakit pedesaan atau berkemah di bangsal untuk merawat orang sakit.

Jasad-jasad juga telah dilaporkan terdampar di Sungai Gangga karena krematorium kewalahan dan kayu untuk pembakaran kayu bakar sangat sedikit. "Statistik resmi tidak memberi Anda gambaran tentang pandemi dahsyat yang mengamuk di pedesaan UP," tulis aktivis terkenal dan politisi oposisi Yogendra Yadav di The Print.

"Ketidaktahuan yang meluas, kurangnya fasilitas pengujian yang dekat atau memadai, batasan resmi dan tidak resmi pada pengujian dan penundaan yang berlebihan dalam laporan pengujian berarti bahwa di desa demi desa, hampir tidak ada yang diuji, sementara sejumlah orang mengeluhkan 'demam aneh'," ujarnya menambahkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler