Ilmuwan Temukan Penyebab Blood Clot Akibat Vaksin AZ dan J&J

Ilmuwan Jerman mengeklaim punya solusi untuk sempurnakan vaksin AZ dan J&J.

EPA/ADI WEDA
Alat suntik vaksin Covid-19 AstraZeneca. Kasus strok dan penggumpalan darah terkait vaksin AstraZeneca rata-rata melanda orang dengan usia yang lebih muda.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah pembekuan darah yang dikaitkan dengan vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) dari AstraZeneca dan Johnson & Johnson telah diselidiki lebih lanjut. Sejumlah ilmuwan mengatakan, ini disebabkan oleh 'protein mutan mengambang’ yang terjadi ketika vaksin mengirimkan protein lonjakan (spike protein) virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) ke bagian sel yang salah.

Selain itu, masalahnya juga terletak pada vektor adenovirus, yang digunakan oleh Johnson & Johnson dan AstraZeneca untuk mengirim protein lonjakan ke dalam tubuh. Ilmuwan dari Johnson & Johnson, Rolf Marschalek, mengatakan bahwa perusahaan telah menghubungi untuk menanyakan penelitian timnya di Goethe University, Frankfurt Jerman. Namun, ia menyebut belum mendiskusikan temuan penelitian dengan AstraZeneca.

Baca Juga



“Kami belum pernah berbicara, namun jika nanti kami berbincang, saya dapat memberi tahu (AstraZeneca) apa yang harus dilakukan untuk membuat vaksin yang lebih baik,” ujar Marchalek, dilansir The Sun, Kamis (27/5).

Peneliti dari Jerman dan ilmuwan lain juga mengatakan, metode vektor adenovirus yang digunakan vaksin Johnson & Johnson dan AstraZeneca membuat pengiriman protein lonjakan ke dalam inti sel alih-alih ke cairan sitosol di dalam sel. Begitu berada di dalam inti sel, bagian tertentu dari protein lonjakan membelah dan membuat versi mutan.

Mereka kemudian tidak dapat mengikatkan diri ke membran sel dan protein mutan mengambang malah disekresikan oleh sel ke dalam tubuh. Menurut Marschalek, hal tersebut dapat memicu penggumpalan darah (blood clot) pada sekitar satu dari 100 ribu orang.

Sebagai perbandingan, vaksin yang berbasis MRNA, seperti dari Pfizer-BioNTech dan Moderna, mengirimkan materi genetik lonjakan ke cairan sel dan tidak pernah memasuki nukleus.

“Saat ini gen virus ada di dalam nukleus, mereka dapat menimbulkan beberapa masalah,” jelas Marschalek.

Reaksi langka telah mengganggu peluncuran vaksin dari AstraZeneca dan Johnson &Johnson, serta telah dicatat pada 309 dari 33 juta orang yang telah menerima vaksin AstraZeneca di Inggris. Kasus pembekuan darah terkait vaksin di negara itu juga dilaporkan sejauh ini menyebabkan 56 kematian.

Vial vaksin Johnson & Johnson - (Johnson & Johnson via AP)


Di Eropa, setidaknya 142 orang mengalami pembekuan darah dari 16 juta penerima vaksin. Marchalek mengatakan, ada jalan keluar atas masalah ini, di antaranya dengan memodifikasi urutan protein lonjakan untuk mencegahnya membelah.

"Dengan data yang kami miliki, kami dapat memberi tahu perusahaan cara memutasi urutan ini, mengkode protein lonjakan dengan cara yang mencegah reaksi sambungan yang tidak diinginkan," jelas Marchalek lebih lanjut.

Sementara itu, beberapa ilmuwan mengatakan, lebih banyak bukti diperlukan untuk mendukung klaim terbaru. Ada bukti yang hilang untuk menunjukkan rantai penyebab dari sambungan dari lonjakan protein pada peristiwa trombosis.

"Ini masih hipotesis yang perlu dibuktikan dengan data eksperimen,” kata Johannes Oldenburg, profesor kedokteran transfusi di Universitas Bonn.

Marschalek mengatakan telah mempresentasikan temuan labnya kepada Paul-Ehrlich Institute milik pemerintah Jerman dan kepada badan penasihat negara untuk vaksinasi dan imunisasi. Ia mengatakan selama ini tidak ada yang memikirkan masalah ‘sambungan’ tersebut.

Dalam pernyataan resmi Johnson & Johnson mengatakan, pihaknya mendukung penelitian dan analisis lanjutan dari peristiwa langka ini seraya bekerja dengan para ahli medis serta otoritas kesehatan global.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler