Buoy BPPT Pantau Potensi Tsunami di Selat Sunda
Buoy tsunami menjadi bagian dari program penguatan peringatan dini tsunami BPPT
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menyiagakan buoy atau alat pelacak tsunami di Perairan Sebelah Selatan Selat Sunda, Provinsi Banten (Buoy SUN). Buoy itu tetap siaga memantau kondisi pascagempa bumi yang terjadi di Pulau Enggano, Bengkulu.
Kepala BPPT Hammam Riza menyampaikan buoy tsunami menjadi bagian dari program penguatan peringatan dini tsunami yang telah diagendakan BPPT sejak tahun 2020-2024. BPPT, lanjut Hammam mendapat mandat melakukan pengkajian dan penerapan teknologi deteksi dini tsunami yang juga mendukung pemodelan BMKG.
"Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) merupakan upaya BPPT dalam menciptakan sistem peringatan dini bencana tsunami yang terintegrasi dengan berbasis buoy, kabel bawah laut, dan tomografi," kata Hammam dalam keterangan pers yang diterima Republika, Kamis (27/5).
Hammam menyebut BPPT juga mengembangkan kecerdasan buatan pemodelan tsunami. Tujuannya untuk melengkapi sistem deteksi dini yang sudah ada.
Direktur Pusat Reduksi Resiko Bencana BPPT, Muhammad Ilyas mengatakan dengan adanya mode alert yang terdeteksi InaBUOY membuktikan teknologi yang dikembangkan oleh lembaganya. Hal ini, lanjut Ilyas menunjukkan InaBUOY SUN berfungsi dengan baik seperti halnya InaBUOY Malang yang memberikan respon ketika terjadi gempa di Malang.
"BPPT akan terus berupaya meningkatkan kerjasama, bukan hanya dengan stakeholder lembaga pemerintah namun juga dengan asosiasi seperti perhimpunan nelayan Indonesia dan juga masyarakat yang aktivitasnya di laut untuk dapat membantu melindungi InaBUOY ini," ujar Ilyas.
"Karena meskipun sudah terbukti, namun jika masyarakat tidak menganggap itu bagian dari lingkungan yang harus dilindungi, alat deteksi tsunami tidak akan berfungsi dengan baik," lanjut Ilyas.
Langkah selanjutnya, Ilyas mengatakan BPPT terus melakukan sosialisasi kepada Pemda, Kementerian/Lembaga terkait dan masyarakat yang melakukan kegiatan di laut. Sosialisasi akan dilakuan secara nasional, karena InaBUOY akan dipasang di seluruh Indonesia.
BPPT bekerja sama dengan Jamstec Jepang mengembangkan teknologi deteksi tsunami dengan kabel bawah laut (cable based tsunameter/CBT). Dengan kabel bawah laut maka akan mempercepat distribusi data ke InaTOC, sehingga membuat peringatan lebih cepat sampai ke darat.
"InaCBT akan dipasang di Rokatenda dan Labuan Bajo pada tahun 2021 ini," sebut Ilyas.
Sebelumnya, terjadi gempa bumi dengan kekuatan 5.2 Skala Richter (SR) pada tanggal 22 Mei 2021 pukul 13.36 WIB dengan pusat gempa berada di Barat Laut, Enggano, Bengkulu pada kedalaman 10 kilometer (km) dan gempa bumi susulan terjadi pada pukul 15.25 WIB dengan kekuatan 5.1 SR dengan pusat gempa 71 km Barat Daya Enggano dengan kedalaman gempa 17 km.
Berikutnya, pada tanggal 23 Mei 2021 pada pukul 10.48 dan pukul 10.50 WIB juga terjadi gempa bumi dengan kekuatan 5.0 SR dan 5.4 SR dengan kedalaman gempa 10 km dengan pusat gempa sekitar 17-18 km di Barat Laut Sumur-Banten. Serial gempa bumi tersebut di atas tidak berpotensi tsunami.
Dari data InaTOC (Tsunami Observation Centre), menunjukkan gempa bumi Enggano berjarak sekitar 260 km dari posisi InaBUOY SUN dan gempa bumi ini telah memicu ‘mode alert’ InaBUOY SUN pada jam 13.37 WIB.
‘Mode Alert’ InaBUOY SUN dipicu oleh gelombang seismik gempa bumi yang memerlukan waktu sekitar 1 menit merambat dari pusatnya dan terdeteksi di OBU InaBUOY SUN.