Al-Qabidh, Allah yang Maha Menyempitkan

Salah satu makna al-Qabidh adalah menahan rezeki bagi makhluk-Nya.

ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO
Al-Qabidh, Allah yang Maha Menyempitkan
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu nama terbaik Allah (al-Asmâ’ al-Husnâ) yang berkaitan dengan kehidupan makhluk-Nya, termasuk manusia, adalah al-Qabidh, Maha Menyempitkan atau tidak meluaskan pemberian-Nya. Al-Qabidh, yang berbentuk ism fâ’il (nomina yang menunjukkan pelaku), termasuk nama Allah yang memiliki antonim (al-Asma’ al-mutaqâbilât), yaitu al-Bâsith, Maha Meluaskan.

Baca Juga


Apa esensi dari al-Qabidh? Bagaimana kita memaknai nama dan sifat Allah yang satu ini dengan sikap positif sebagai hamba-Nya?

Al-Qabidhyang berasal dari kata al-qabdhu pada mulanya berarti “keterhimpunan”. Dalam perkembangan semantiknya, al-qabdhu dimaknai sebagai mengambil, menahan, menggenggam, dan mencegah.

Karena itu, salah satu makna al-Qabidh adalah menahan rezeki bagi makhluk-Nya. Dalam hal ini, Allah SwT berfirman “Siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS al-Baqarah[2]: 245)

Allah SwT juga dengan tegas menyatakan yang menahan burung, sehingga tidak jatuh saat terbang karena adanya gaya gravitasi (daya tarik bumi), adalah al-Qabidh, yang Maha Menahan, meskipun kedua sayapnya dikepakkan. “Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih. Sungguh, Dia Maha Melihat segala sesuatu.” (QS al-Mulk [67]:19)

 

Esensi al-Qabidhmenunjukkan bahwa Allah itu Maha Kuasa dalam mengatur segala hal, termasuk mengatur pemberian rezeki bagi hamba-Nya. Hamba al-Qabidhitu harus meyakini sepenuh hati bahwa pengaturan anugerah dan rahmat Allah itu sangat adil, proporsional, sesuai dengan kadar kemaslahatannya.

Ukuran sedikit dan banyaknya pemberian Allah kepada hamba-Nya merupakan hak prerogatif-Nya. Jika hamba “disempitkan” rezekinya, tidak berarti Allah tidak sayang dan tidak berlaku adil kepadanya. Allah Maha Bijaksana dan Adil dalam segala pembagian dan pemberian rezekinya.

Karena itu, hikmah yang dapat dipetik dari al-Qabidh adalah pentingnya hamba berpikir positif (positive thinking), berbaik sangka, dan terus bersyukur atas segala rezeki yang diberikan. Jika hamba diuji dengan kemalangan, krisis ekonomi, dan kesedihan, di balik itu Allah pasti memberi pelajaran berharga baginya agar tidak mudah putus asa dan tenggelam dalam keterpurukan.

Sebaliknya, jika hamba diluaskan dan dimudahkan rezekinya, maka Allah pasti sedang menguji apakah keluasan dan kemudahan rezekinya itu membuatnya lupa diri dan tidak bersyukur atau sebaliknya.

-----

Muhbib Abdul Wahab, Dosen Pascasarjana FITK UIN Syarif Hidayatullah, Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah

Sumber: Majalah SM Edisi 7 Tahun 2018

https://suaramuhammadiyah.id/2021/05/15/al-qabidh-allah-yang-maha-menyempitkan/

sumber : Suara Muhammadiyah
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler