2 Pekerjaan yang Dilakukan Rasulullah bersama Sang Paman
Rasulullah Muhammad SAW mencari rezeki dengan jerih payah sendiri
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Terdapat dua pekerjaan yang diemban Rasulullah ﷺ selama tinggal bersama dengan pamannya, Abu Thalib.
Nabi Muhammad tidak bergantung pada pamannya, ternyata beliau bekerja sebagai pengembala kambing dan pedagang. Mengapa dua pekerjaan itu dan apa alasannya? Dikutip dari laman Mawdoo3 pada Ahad (6/6), Rasulullah bersabda:
ما بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إلَّا رَعَى الغَنَمَ، فقالَ أصْحابُهُ: وأَنْتَ؟ فقالَ: نَعَمْ، كُنْتُ أرْعاها علَى قَرارِيطَ لأهْلِ مَكَّةَ Ya, sayapun menggembala kambing itu, yaitu di Qararith. Kambing itu kepunyaan penduduk Makkah". Qararith itu ada yang mengatakan bahwa ia adalah nama tempat penggembalaan di Makkah, tetapi ada yang mengatakan bahwa itu adalah nama bagian dari uang dinar atau dirham, yakni bahwa beliau shalallahu alaihi wasalam menggembala itu dengan menerima upah qararith.” (HR Bukhari).
Sebelum diutus menjadi Nabi, beliau mengembala kambing, ini juga sebagai latihan agar dapat memikul tanggung jawab. Membutuhkan kesabaran yang besar saat menggembalakan binatang ini. Setelah kambing bertebaran di padang rumput, maka mereka semua harus dikumpulkan kembali. Kemudian digiring menuju tempat yang lain.
Kambing juga lebih sulit untuk dikendalikan. Binatang ini sulit untuk diikat, tidak seperti unta dan sapi. Itulah mengapa beliau memilih kambing, dan tidak ada ternak lain yang dapat dipelihara Nabi.
Di samping itu, dari pekerjaan ini, beliau mendapatkan penghasilan dari usaha tangannya sendiri. Menggembala kambing hasilnya merupakan penghasilan yang paling mulia. Hal ini seperti yang disampaikan Rasulullah:
ما أكَلَ أحَدٌ طَعامًا قَطُّ، خَيْرًا مِن أنْ يَأْكُلَ مِن عَمَلِ يَدِهِ، وإنَّ نَبِيَّ اللَّهِ داوُدَ عليه السَّلامُ، كانَ يَأْكُلُ مِن عَمَلِ يَدِهِ "Tidak ada seseorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya (bekerja) sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud Alaihissallam memakan makanan dari hasil usahanya sendiri." (HR Bukhari).
Di sisi lain, Nabi juga bergelut dalam dunia perdagangan. Beliau berdagang dengan pamannya Abu Thalib, dan juga untuk Khadijah radhiyallahu anha. Beliau mulai berdagang dari kecil, sebelum diutus menjadi nabi dan rasul. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu" (QS An nisa ayat 29).
Pada awalnya, Nabi ikut berdagang bersama dengan pamannya, Abu Thalib ke Syam. Tatkala kafilah dagang sampai di Bushra, Syam bagian selatan, mereka dijamu pendeta atau rahib Buhaira. Buhaira melihat ada tanda-tanda kenabian pada diri Rasulullah semasa kecil tersebut.
Abu Thalib bertanya: "Dari mana engkau tahu? Buhaira menjawab: "Sungguh, ketika kalian mulai mendekati Aqabah, semua batu dan pepohonan bersujud (merunduk) padahal batu dan pohon tidak akan bersujud, kecuali di situ ada seorang nabi. Aku mengenali dia dari cincin nubuwat di bawah tulang rawan bahunya. Bentuknya menyerupai buah apel. Kami mengetahui tanda seperti itu dari kitab suci kami."
Buhaira menjamu seluruh kafilah layaknya tamu. Dia minta Abu Thalib untuk segera membawanya kembali ke Makkah. Jangan diteruskan pergi ke Syam membawa Muhammad. Buhaira khawatir kalau orang-orang Romawi dan Yahudi mengetahuinya, mereka akan membunuhnya. Maka Muhammad dibawa kembali ke Makkah, sesuai anjuran pendeta tersebut.
Di samping itu, Kesuksesan bisnis Rasulullah pun semakin cemerleng ketika beliau bertemu Khadijah. Sebelum mempersunting Khadijah, Rasulullah ﷺ merupakan rekan bisnis Khadijah.
Sumber: mawdoo3