Fakta Baru tentang Varian Delta dari India

Varian Delta picu gangguan pendengaran, gangguan lambung parah, dan pembekuan darah.

AP / Rajesh Kumar Singh
Seorang petugas kesehatan mengambil sampel usap seorang wanita untuk diuji Covid-19 di desa Kusehta utara Prayagraj, India, Sabtu, 29 Mei 2021.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI — Varian Delta yang diidentifikasi sebagai B.1.617.2 dari virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) diyakini sebagai yang paling menular. Ini ditemukan pertama kali di India dan diyakini menjadi penyebab utama lonjakan kasus infeksi Covid-19 di gelombang kedua pandemi global.

Laporan mengatakan, dokter di seluruh dunia saat ini mencoba mencari tahu apakah varian Delta juga menjadi yang paling parah. Organisasi Keseharan Dunia (WHO) sebelumnya mengategorikan varian ini sebagai variant of concern (VOC).

WHO mengatakan, varian Delta lebih dominan dibandingkan Alpha, yang terdeteksi pertama kali di Inggris pada tahun lalu. Gejala yang tidak biasa menjadi perhatian utama dari infeksi varian ini.

Beberapa gejala atipikal, seperti gangguan pendengaran, gangguan lambung parah, dan pembekuan darah dilaporkan di antara pasien Covid-19 yang terinfeksi varian Delta. Menurut penelitian yang dilakukan ilmuwan dari University of New South Wales bulan lalu, di samping Alpha, varian lain, yaitu Beta dan Gamma yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan dan Brasil, menyebabkan sedikit atau tidak ada gejala seperti itu.

Baca Juga


Sejauh ini, varian Delta telah ditemukan di lebih dari 60 negara. Di Inggris, varian Delta menyebabkan kasus Covid-19 dengan pasien yang harus menjalani rawat inap di rumah sakit lebih banyak dibanding sebelumnya.

Beberapa ahli menduga bahwa vaksin Covid-19 tidak  efektif terhadap varian Delta, sehingga menimbulkan risiko lebih tinggi. Pemerintah India mengadakan studi panel untuk varian ini dan mengatakan dibutuhkan lebih banyak penelitian ilmiah untuk menganalisis apakah presentasi klinis yang lebih baru ini terkait dengan B.1.617 atau tidak.

“Tahun lalu, kami pikir kami telah belajar tentang musuh baru kami, tetapi itu berubah," ujar Abdul Ghafur, seorang dokter penyakit menular di Rumah Sakit Apollo di Chennai, India, dilansir India Today, Rabu (9/6).

Dokter dan sejumlah ilmuwan juga berpendapat bahwa peningkatan pasien rawat inap di rumah sakit juga disebabkan oleh penggumpalan darah yang dipicu varian Delta di dada orang yang terinfeksi tanpa riwayat masalah terkait koagulasi sebelumnya. Selain itu, gumpalan yang terbentuk di pembuluh darah di usus menyebabkan pasien rentan mengalami sakit perut.

"Saya melihat tiga hingga empat kasus sepanjang tahun lalu dan sekarang menjadi satu pasien dalam sepekan. Kami menduga itu mungkin karena varian virus baru,” jelas Ganesh Manudhane, seorang ahli jantung yang berbasis di Mumbai.

Tak hanya itu, para ahli kesehatan juga memiliki kekhawatiran varian Delta dapat menyerang anak-anak. Selama gelombang kedua wabah Covid-19 di India, dokter mengatakan sering menyaksikan lebih banyak kasus penularan dalam rumah tangga, dibanding penularan individu yang lebih umum tahun lalu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler