AstraZeneca Mulai Uji Coba Vaksin Baru Covid-19

Vaksin baru AstraZeneca dibuat untuk menangkal varian virus Covid-19.

Republika/Thoudy Badai
Vaksin baru AstraZeneca dibuat untuk menangkal varian virus Covid-19.
Rep: Rizky Suryarandika Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- AstraZeneca, dalam kemitraan dengan Universitas Oxford, memulai uji coba vaksin COVID-19 terbaru kepada manusia. Kali ini, vaksin tersebut dirancang untuk menangani salah satu varian COVID-19.

Penelitian, yang melibatkan 2.250 peserta di empat negara berbeda, bertujuan untuk membangun kekebalan terhadap varian kekhawatiran yang dikenal sebagai varian Beta, yang pertama kali muncul di Afrika Selatan. Para peneliti juga mengatakan akan menggunakan penelitian ini untuk lebih memahami COVID-19 dan masalah terkaitnya.

"Pengujian dosis booster dari vaksin yang ada dan vaksin varian baru penting untuk memastikan kami paling siap menghadapi pandemi virus corona, jika penggunaannya diperlukan," kata Profesor Sir Andrew J Pollard sebagai kepala penyelidik dan direktur Oxford Vaccine Group dalam siaran pers dilansir dari globalnews pada Senin (28/6).

Dosis akan diberikan sebagai booster kepada orang-orang yang sebelumnya telah divaksinasi lengkap dengan vaksin AstraZeneca asli atau suntikan mRNA — asalkan sudah setidaknya tiga bulan sejak suntikan terakhir mereka. Vaksin baru juga akan diberikan dalam rejimen dua dosis pada individu yang tidak divaksinasi, dan sebagai suntikan kedua bagi mereka yang telah menerima dosis suntikan AstraZeneca asli.

"Data dari uji coba diharapkan rampung pada akhir tahun ini," ujar Pollard.

Diketahui, vaksin mRNA menghasilkan lebih banyak antibodi COVID-19 daripada AstraZeneca. Studi di Afrika Selatan menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca COVID-19 setelah hasil awal menunjukkan suntikan kurang efektif terhadap varian Beta, yang menjadi varian dominan di negara tersebut. Varian Beta juga ditemukan di Inggris, di mana vaksin AstraZeneca telah menjadi permata mahkota dalam peluncuran vaksin.

Pemerintah Inggris telah mengadakan pembicaraan dengan AstraZeneca pada awal Juni untuk membeli dosis vaksin COVID-19 baru ini – setelah dimodifikasi untuk menargetkan varian Beta dengan lebih baik. Setelah penelitian selesai, suntikan akan diserahkan kepada regulator sebagai "vaksin booster generasi berikutnya" menggunakan jalur regulasi yang dipercepat.

"Karena penelitian ini akan memberikan suntikan kepada mereka yang sebelumnya divaksinasi lengkap menggunakan vaksin mRNA, penelitian ini dapat membantu para ilmuwan untuk lebih memahami efek pencampuran dosis vaksin mRNA dengan AstraZeneca, yang merupakan vaksin berbasis adenovirus," jelas Pollard.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler