WHO Sarankan Tes Covid-19 Dilakukan di Sekolah Eropa
Penutupan sekolah dilakukan jika ada ledakan kasus yang tak bisa dikendalikan
REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan tes Covid-19 dilakukan di sekolah. Hal itu dilakukan agar aktivitas belajar tatap muka dimungkinkan dimulai kembali.
Pengujian di sekolah sebelumnya direkomendasikan jika sejumlah kasus Covid-19 telah diidentifikasi. Namun, WHO sekarang yakin, tes polymerase chain reaction (PCR) atau antigen harus diberikan, bahkan jika murid, pengajar, dan staf lainnya tak menunjukkan gejala apa pun.
"Bulan-bulan musim panas menawarkan jendela peluang yang berharga bagi pemerintah untuk menerapkan serangkaian tindakan yang tepat yang akan membantu menjaga turunnya tingkat infeksi dan menghindari penutupan sekolah," kata Direktur Regional WHO untuk Eropa Hans Kluge dalam sebuah pernyataan bersama dengan Unicef dan Unesco pada Jumat (2/7).
Kluge menyebut bahwa menutup sekolah memiliki efek berbahaya pada pendidikan, kesejahteraan sosial, dan mental anak-anak serta remaja. Ia telah berulang kali menyerukan negara-negara di Wilayah Eropa WHO untuk mengatasi tingkat putus sekolah dan dampak kesehatan yang terkait dengan pembelajaran jarak jauh.
"Kami tidak dapat membiarkan pandemi merampas pendidikan dan perkembangan anak-anak," kata Kluge.
Bagi WHO, Unicef, dan Unesco, penutupan sekolah harus dianggap sebagai upaya terakhir. Tindakan demikian dapat diambil jika terjadi ledakan kasus yang tak bisa dikendalikan.
Saat ini, sudah terdapat 183 juta kasus Covid-19 yang tercatat di seluruh dunia. Sebanyak 3,9 juta orang meninggal akibat pandemi. Sejauh ini, 3,1 miliar dosis vaksin telah diberikan secara global.