Masih Banyak Lulusan Sekolah Menengah tak Lanjut Kuliah

Mereka akhirnya masuk ke lapangan kerja tanpa bekal maksimal.

Antara/Maulana Surya
Masih Banyak Lulusan Sekolah Menengah tak Lanjut Kuliah. Sejumlah mahasiswa mengikuti uji coba Perkuliahan Tatap Muka (PTM) dengan melakukan protokol kesehatan.
Rep: Inas Widyanuratikah Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Menteri Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK Agus Sartono menyampaikan dari sekitar 3,7 juta lulusan SMA, MA, dan SMK baru 1,8 juta yang diserap perguruan tinggi tiap tahun.

Baca Juga


Hal ini perlu didorong agar angka partisipasi perguruan tinggi di Indonesia meningkat. "Setiap tahun jumlah lulusan SMA/SMK/MA di atas 3,7 juta orang, artinya ada 1,9 juta anak muda kita belum bisa kuliah," kata Agus dalam keterangannya, Senin (28/6).

Kondisi ini mengkhawatirkan, terlebih bagi anak muda yang tak bisa kuliah karena kondisi ekonomi atau keterbatasan bangku kuliah. Sebab, anak-anak yang kurang beruntung tersebut akhirnya masuk ke lapangan kerja tanpa bekal maksimal.

"Dan para lulusan sekolah menengah yang masuk lapangan kerja itu, terpaksa harus bersaing dengan lulusan perguruan tinggi. Ini berlangsung hampir setiap tahun," kata dia.

Atas kondisi tersebut, Agus mendorong kampus di Indonesia senantiasa memperbaiki diri. Terlebih, pendidikan tinggi merupakan pilar tak terpisahkan dari siklus pembangunan manusia dan kebudayaan.

Menurutnya, cara agar bisa mencapai Indonesia maju, yakni dengan memberi anak muda kita kesempatan seluas-luasnya untuk belajar. Oleh karena itu, pemerintah terus berkomitmen memfasilitasi kampus agar meningkatkan kualitas, menyediakan program bantuan seperti Kartu Indonesia Pintar Kuliah, serta beragam kebijakan lainnya dalam rangka meningkatkan angka partisipasi kasar kuliah.

Wakil Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Drajat Martianto memberikan contoh atas pengembangan kualitas yang terus dilakukan oleh pihaknya. Misalnya, dalam rangka membuka akses pendidikan yang lebih luas, dilakukan terobosan dalam proses dan program penerimaan mahasiswa baru. Kini di IPB, penerimaan mahasiswa baru tidak hanya mengandalkan nilai atau prestasi akademis.

"Di IPB kami memiliki jalur ketua OSIS dan jalur afirmasi. Ada juga yang menggunakan prestasi hafalan Alquran. Jadi sebisa mungkin, kita fasilitasi keberagaman dan potensi yang ada di anak-anak muda Indonesia," ujar Drajat.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler