Pandemi Covid-19, Perang Khandaq, dan Tirakat Ulama
Perang Khandaq mengisyaratkan solusi hadapi pandemi Covid-19
Oleh : Gus Ahmad Gholban Aunir Rahman, Pengasuh Pesantren Nyai Zainab Shiddiq, Jember Jawa Timur
REPUBLIKA.CO.ID, — Sebanyak 10 ribu orang lebih pasukan kafir Makkah dan sekitarnya datang ke Madinah untuk menghancurkan umat Islam. Nabi Muhammad berunding dengan sahabat dan Nabi memberi satu putusan.
Namun, sahabat Salman Al Farisi bertanya, "Ya Rasul, apakah putusan ini dari wahyu Allah atau dari pendapat Engkau?"
Nabi Muhammad menjawab, "Dari pendapat saya sendiri." Maka sahabat Salman yang berasal dari Persia (Iran, kini) berkata, "Ya Nabi, kalau di daerah kami bila kami menghadapi situasi seperti ini maka kami akan menggali parit / lubang yang lebar."
Tujuan dari membuat lubang besar supaya musuh tidak bisa masuk ke kota, dan andaikan mereka memaksa masuk maka mereka masuk lubang itu dan mudah bagi kita menyerang dengan panah atau lainnya. Nabi pun menyetujui tanpa ada perasaan kehilangan harga diri karena mencabut kembali putusan beliau.
Orang kafir Makkah pun datang, dan mereka sangat terkejut ada lubang besar/parit mengeliling Madinah. Mereka membuat keputusan, mari kita membuat perkemahan di luar Madinah. Biar saja mereka berdiam diri di Madinah sehingga mereka akan mati kelaparan karena pasokan makanan dari luar madinah tidak akan bisa datang ke kota Madinah.
Dan benar terjadi, Nabi dan para sahabat kelaparan. Bahkan Nabi dan para sahabat mengganjal perut mereka dengan batu. Namun di saat itu, masih tetap ada orang kaya yang mensedekahkan kambing walaupun hanya khusus untuk Nabi saja. Namun, Nabi tidak mau hanya menikmati sendiri. Beliau ajak semua sahabat makan bersama.
Akhirnya, dalam situasi semakin kelaparan dan genting, Nabi Muhammad benar benar kembali, menangis, dan berserah diri kepada Allah dengan ibadah dan dzikir. Salah satu dzikir berhari hari beliau di saat itu adalah sebagai berikut:
حسبنا الله ونعم الوكيل 'Cukup bagi kami Allah, Allah sebaik baik kami menyerahkan urusan kami."
Dan benar, janji Allah pasti akan terbukti setelah Allah melihat hamba-Nya bersungguh sungguh menjalankan semua perintahnya tanpa memilah memilih perintah. Datanglah angin topan bertubi-tubi. Angin topan yang menghancurkan semua perkemahan 10 ribu orang kafir Makkah. Hingga akhirnya semua orang kafir itu pulang ke Makkah dengan keadaan rugi.
Apa hikmah yang bisa kita ambil dari Perang Khandaq ini ketika kita mengalami musibah corona saat ini?
Pertama, seorang pemimpin harus mengambil pendapat dari ahlinya. Bila pandemi masalah kesehatan maka harus didengar dari ahi kesehatan. Saya sendiri setuju dengan seorang ahli pandemi yang mengatakan Indonesia akan baik sekali untuk melakukan lock down total.
Semua WNA sementara tidak boleh masuk ke Negara Indonesia. Karena terbukti virus dengan segala varian yang baru masuk melalui orang yang baru datang dari luar negeri. Sama seperti Nabi melakukan lock down total Kota Madinah dengan parit untuk menghalau pasukan kafir Makkah datang ke Madinah.
Adapun saat ini, saat di mana virus sudah masuk ke Indonesia, maka selain orang luar negeri tidak boleh masuk maka orang yang di dalam negeri juga sebisa mungkin jangan keluar rumah untuk bertemu dengan orang lain kecuali darurat.
Berdiam diri di rumah bersama keluarga. Memakai masker, tidak berkerumun dan sebagainya yang kita kenal dengan protokol kesehatan. Sampai kondisi Indonesia sudah tidak ada lagi kasus corona maka lock down dalam negeri bisa dibuka kembali. Namun, orang luar negeri tidak boleh masuk ke dalam negeri bila ternyata di luar negeri masih terdapat virus corona.
Bukankah beliau, Nabi Muhammad, pemimpin Nabi dan pemimpin Rasul rela membuang pendapat beliau pribadi dan mengikuti pendapat seorang ahli, saat itu ahli dalam peperangan seperti Salman Al Farisi?
Walaupun pendapat itu berasal dari tradisi negara kafir, bahkan negara penyembah api, Persia. Maka apapun profesi kita, kita harus menjadikan pendapat dokter dan pendapat ahli pandemi sebagai pendapat satu satunya dan pendapat utama. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad:
اذا وسد الا مر الى غير اهله فانتظر الساعة "Jika satu perkara diserahkan pada bukan ahlinya, maka tunggu saja kebinasaan."
Kedua, pemimpin dan orang kaya harus berbagi rezeki. Ketika lock down, otomatis orang tidak bisa bekerja dan keluar. Maka pemimpin dan orang kaya harus berbagi rezeki mereka. Sama seperti sahabat kaya yang memberikan kambing pada Nabi namun Nabi sebagai pemimpin juga berbagi kepada semua sahabatnya.
Salah satu contoh, pejabat negara dan ASN harusnya mengusulkan tidak perlu gaji ke-13 atau tunjangan hari raya. Mereka harusnya membagikan hak mereka itu pada warga miskin yang pendapatan mereka berdasarkan harian dan bukan gaji bulanan.
Dan yang pasti, konglomerat dengan dana ratusan triliun, ratusan miliar maka mereka harus berbagi. Dan pemerintah memiliki wewenang untuk mengatur hal itu. Bukankah dana ratusan triliun dan ratusan miliar itu hasil dari rakyat Indonesia yang menggunakan produk atau jasa mereka.
Maka di situasi sulit seperti ini harusnya mereka peduli akan rakyat Indonesia. Dan pemerintah memiliki wewenang bagaimana caranya mereka supaya peduli. Dan ini yang Allah inginkan sebagaimana firman-Nya:
كى لا يكون دولة بين الاغنياء منكم "Supaya harta itu tidak hanya berputar di kalangan orang orang kaya saja."
Ketiga, para Ulama harus melakukan tirakat sungguh sungguh. Bukankah yang mengusir orang kafir Makkah di Perang Khandaq adalah angin topan kiriman Allah hasil dari tirakat Nabi Muhammad. Maka, virus corona dengan segala varian yang ada pada hakikatnya yang bisa melenyapkan adalah hanya Allah SWT dengan tirakat para ulama.
Jangan sekali kali kita meyakini virus ini hanya sementara dengan argumen seperti virus flu Spanyol. Karena mudah bagi Allah untuk mengabadikan virus ini selamanya, wal'iyadzu billah.
Kita harus mengingat bagaimana firman Allah tentang Nabi Yunus yang ada di perut ikan. Allah berfirman "andaikan Yunus tidak bertasbih, maka dia akan ada di dalam perut ikan hingga kiamat." Tentu, kita tidak ingin virus ini abadi hingga kiamat walaupun bisa saja Allah mentakdirkan seperti itu, wal 'iyadzu billah.
Para ulama harus tirakat sungguh sungguh. Tirakat yang sunyi, senyap, dan hanya berdua menangis kepada Allah pada setiap malam. Bukan tirakat dengan penuh kerumunan, hingar bingar, penuh popularitas dan segala jenisnya yang mana godaan riya dan sum'ah sangat kuat sekali dan jelas tidak sesuai dengan saran ahli kesehatan para dokter.
Pada akhirnya, sebenarnya Allah hanya ingin tahu, dengan pandemi corona seperti ini, bagaimana sikap pemimpin, ulama dan orang kaya. Bila pemimpin, ulama dan orang kaya bisa mengambil peran seperti di atas, insya Allah pandemi akan cepat berlalu.
Jangan sampai nyawa dan berita duka kita terima setiap saat setiap hari hanya karena kita tidak mau mengambil hikmah apa yang telah Nabi Muhammad berikan pada kita di Perang Khandaq, situasi yang lebih sulit dibanding situasi kita saat ini.
Tulisan di atas adalah bentuk ikhtiar, doa, dan tawakal yang memang diperintahkan dalam agama. Adapun kematian adalah satu hal yang pasti. Namun, kematian setelah ikhtiar, doa dan tawakal tentu lebih sesuai menurut agama. Semoga kita semua sehat, selamat dan umur panjang.
حسبنا الله ونعم الوكيل اللهم اكشف الغمة بشفاعة حبيبك خير الخلق كلهم