Afrika Selatan Kerahkan 25 Ribu Tentara Atasi Kerusuhan
Pemerintah Afsel akan terjunkan 25 ribu tentara setelah berhari-hari kerusuhan
REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Pemerintah Afrika Selatan berencana mengerahkan 25 ribu tentara setelah berhari-hari penjarahan dan kekerasan meluas. Pengerahan militer, untuk melawan kerusuhan yang dipicu oleh pemenjaraan mantan presiden Jacob Zuma, adalah yang terbesar sejak berakhirnya apartheid.
Sedikitnya 72 orang tewas dan lebih dari 1.700 orang ditangkap dalam kerusuhan terburuk di Afrika Selatan selama bertahun-tahun. Ratusan toko dan bisnis telah dijarah dan pemerintah mengatakan mereka bertindak untuk mencegah kekurangan makanan.
Warga mempersenjatai diri dan membentuk kelompok main hakim sendiri untuk melindungi properti mereka dari amukan. Lebih dari 200 insiden penjarahan dan perusakan tercatat pada Rabu (14/7), kata pemerintah, karena jumlah tentara yang dikerahkan dua kali lipat menjadi 5.000.
Namun Menteri Pertahanan Nosiviwe Mapisa-Nqakula mengatakan dia telah mengajukan permintaan untuk pengerahan 25 ribu tentara ke dua provinsi yang dilanda kekerasan, KwaZulu-Natal, di mana Durban berada, dan Gauteng, yang mencakup Johannesburg.
Pemerintah telah berada di bawah tekanan untuk menempatkan lebih banyak petugas di lapangan untuk mengatasi kerusuhan. Pusat perbelanjaan dan gudang telah dijarah atau dibakar di beberapa kota, terutama Durban.
Dulcy Rakumakoe, yang menjalankan rantai pusat medis di provinsi Gauteng yang telah dijarah, menyebut diperlukan tindakan lebih lanjut. "Kami sudah mulai dengan pembersihan tetapi kami bahkan tidak bisa memikirkan pembangunan kembali karena kami tidak yakin kapan kerusuhan akan benar-benar selesai. Masih belum aman untuk masuk dan membangun kembali," kata Rakumakoe.
Protes dimulai pekan lalu setelah Zuma menyerahkan diri ke polisi untuk menjalani hukuman 15 bulan karena menghina pengadilan. Pendukung Zuma bereaksi keras terhadap pemenjaraannya, memblokir jalan-jalan utama dan menyerukan penutupan untuk menuntut pembebasannya.
Protes sejak itu berubah menjadi kerusuhan dalam skala yang jarang terlihat di Afrika Selatan. Bisnis di setiap sektor dijarah, dibakar, dan dibom dengan bensin di kota-kota di KwaZulu-Natal.