Sri Mulyani Klaim Ada Pemulihan Ekonomi Semester I 2021

Virus corona varian delta yang lebih mudah menular memberikan ancaman baru.

ANTARA/Dhemas Reviyanto
Pengendara motor melintas dengan latar gedung bertingkat di kawasan Kemayoran, Jakarta, Selasa (20/7/2021). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan anggaran penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) naik menjadi Rp744,7 triliun yang meningkat 6,4 persen dari pagu anggaran semula sebesar Rp699,4 triliun.
Rep: Novita Intan Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pemerintah menyebut, ekonomi domestik pada kuartal II 2021 mengalami pemulihan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan sampai Juni 2021.

Baca Juga


Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, berbagai indikator menunjukkan tren pemulihan. “Indeks keyakinan konsumen sampai Juni 2021 sebesar 107,4. Indeks ini sejak April sudah ada pada zona optimis di atas 100,” ujarnya saat konferensi pers APBN KiTa secara virtual, Rabu (21/7).

Menurutnya, indeks penjualan ritel juga pada zona optimis, berada level 225,6 pada Mei 2021. Adapun realisasi ini naik 14,7 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

“Kenaikan itu terjadi masa lebaran dan diperkirakan melambat pada Juni sebesar 202,3.” ucapnya.

Kemudian penjualan mobil secara ritel mengalami kenaikan 120,3 persen pada Juni 2021. Jika dibandingkan bulan sebelumnya tumbuh 2,5 persen.

“Masyarakat atau konsumen yang memiliki optimisme atau keyakinan melakukan kegiatan konsumsi yang tertangkap penjualan ritel,” ucapnya.

Dari sisi sektor swasta, Sri Mulyani mencatat kegiatan produksi juga meningkat. Tercatat penggunaan listrik industri dan bisnis tumbuh 26,1 persen secara tahunan terhadap industri dan tumbuh 14,5 persen pada sektor bisnis.

Kendati demikian, Sri Mulyani mengingatkan tantangan belum selesai. Adanya kehadiran virus corona varian delta yang lebih mudah menular memberikan ancaman baru.

"Kita mengharapkan 2021 adalah tahun pemulihan. Namun kemudian dihadapkan pada tantangan varian delta yang tingkat penularannya 50 persen lebih tinggi dibandingkan varian alpha," tegasnya.

Ke depan, lanjut Sri Mulyani, bukan tidak mungkin akan berkembang mutasi baru virus corona. Hal ini menyebabkan situasi pandemi menjadi sangat dinamis. Sri Mulyani menyebut pemerintah berupaya melakukan pengetatan aktivitas dan mobilitas masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan nyawa rakyat Indonesia. 

“Pengetatan ini akan berdampak ke perekonomian nasional karena penurunan mobilitas masyarakat. Ini dilema. Dari sisi kesehatan dan akan berdampak ke tren pemulihan ekonomi kita," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler