Thailand Catat Rekor Covid-19 Lagi

Total kasus kematian akibat Covid-19 di Thailand hingga hari ini mencapai 4.146 kasus

EPA-EFE/NARONG SANGNAK
Thailand memberlakukan karantina menyusul kenaikan kasus Covid-19 di Bangkok dan sejumlah kawasan lain mulai 12 Juli 2021. Pembatasan kegiatan tersebut berlaku selama dua pekan.
Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Thailand pada Senin melaporkan penambahan 15.376 kasus Covid-19, rekor kedua selama dua hari berturut-turut, di tengah kritik terhadap kecepatan vaksinasi pemerintah yang tertinggal di belakang negara-negara tetangganya.Negara di Asia Tenggara itu mencatat 512.678 kasus selama pandemi. 


Pada Senin (26/7), jumlah kematian akibat Covid-19 bertambah 87 sehingga totalnya menjadi 4.146. Setelah berhasil menahan laju penyebaran virus corona hampir sepanjang tahun 2020, pihak berwenang telah berjuang dalam beberapa bulan terakhir untuk menghadapi lonjakan kasus akibat varian-varian baru, termasuk varian Delta yang pertama kali terdeteksi di India.

Thailand menargetkan untuk memvaksin 50 juta orang pada akhir tahun ini. Namun, hingga kini baru 5,6 persen dari 66 juta lebih penduduknya yang sudah menerima dua dosis vaksin, sementara 18,94 persen sudah menerima satu dosis.

Strategi vaksinasi di negara itu sangat bergantung pada vaksin AstraZeneca yang diproduksi secara lokal oleh Siam Bioscience, namun pengirimannya telah mengalami penundaan.Ribuan orang berusia di atas 60 tahun, wanita hamil, dan mereka yang memiliki gangguan kesehatan seperti obesitas, pada Senin (26/7) antre di stasiun kereta pusat Bang Sue di Bangkok untuk menjalani vaksinasi. 

Kegiatan itu merupakan bagian dari skema pemerintah untuk mengimunisasi kelompok rentan."Saya yakin virus itu akan hilang dari negara ini jika semua orang divaksin," kata Charn, 48 tahun, yang enggan memberi nama lengkapnya dan sedang mengantar kerabatnya yang lanjut usia untuk mendapatkan vaksin.

Akibat lonjakan kasus, Thailand pekan lalu memberlakukan pembatasan yang lebih ketat di ibu kota Bangkok dan 12 provinsi berisiko tinggi, termasuk menunda sebagian besar penerbangan domestik dan memperluas area pembatasan.

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler