Ayah Apriyani Rahayu Sejak Awal Optimistis Anaknya Menang
Apriyani sempat pulang ke rumah untuk ziarah ke makam ibunya sebelum tampil di Tokyo.
REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Amiruddin Pora, ayah dari pebulu tangkis ganda putri Apriyani Rahayu, sudah merasa optimistis bahwa anaknya akan memenangkan pertandingan final ganda putri Olimpiade Tokyo 20220 melawan pasangan Cina, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan. Apriyani Rahayu bersama pasangannya Greysia Polii berhasil merebut medali emas nomor ganda putri Olimpiade 2020 Tokyo setelah menang dua set langsung atas pasangan Cina Chen Qing Chen/Jia Yi Fan, 21-19, 21-15, Senin (2/8).
"Sebelum main, saya yakin pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu akan menang telak. Saya tidak merasa deg-degan ketika pasangan ini turun ke lapangan," kata Amiruddin Pora ketika dihubungi dari Kendari, Senin. "Sekali lagi saya tidak merasa deg-degan atau khawatir ketika mereka turun di lapangan karena sudah terbiasa. Jadi tidak ada pengaruhnya tampil di Olimpiade maupun kejuaraan-kejuaraan yang lain."
Amiruddin mengatakan, dirinya nonton bareng di rumahnya bersama dengan warga, begitu ganda putri Indonesia menang maka suara riuh langsung meledak. "Kayak mau pecah ini rumah," kata Amiruddin.
Apriyani Rahayu anak keempat pasangan Amirrudin Pora dan Siti Jauhar (almarhum) yang merupakan warga Kelurahan Lawulo, Kecamatan Anggaberi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Apriyani yang kelahiran 29 April 1998 merupakan anak bungsu dan merupakan satu-satunya anak perempuan pasangan Amiruddin-Siti Jauhar.
Pertama kali Apriyani Rahayu bergabung dengan PB Pelita Bakri pada 3 September 2011 ketika mantan juara dunia bulu tangkis Icuk Sugiarto menjadi ketua PBSI DKI Jakarta. Apriyani kemudian akhirnya hijrah ke PB Jayaraya Jakarta hingga sekarang.
Ketika ditanya apakah Apriyani sempat pulang ke rumah sebelum tampil pada Olimpiade Tokyo ini, Amiruddin mengatakan, sepekan sebelum tampil di Olimpiade anaknya sempat pulang untuk ziarah ke makam ibunya. Ia menceritakan, ketika tampil pada suatu kejuaraan bulu tangkis di Lima, Peru, tanggal 10 November 2015, dan saat masuk ke lapangan untuk bertanding, Apriyani sempat diminta keluar karena ada kabar bahwa ibunya meninggal dunia.
"Tetapi Apriyani tetap melanjutkan pertandingan dan alhamdulillah juara di Peru," kenang Amiruddin.
Menyinggung harapannya setelah meraih medali emas di Olimpiade, Amirudin mengatakan, ia ingin Apriyani tetap bisa tampil sebagai juara pada event-event internasional. Sejak pertama kali cabang olahraga bulu tangkis dimainkan pada Olimpiade yaitu tahun 1992, baru pertama kali nomor ganda putri meraih medali emas.
Pada tahun 1992, cabang bulu tangkis menyumbang dua emas dari tunggal putra Susy Susanti dan Alan Budikusuma, kemudian Olimpiade 1996 pasangan ganda putra Ricky Subagja/Rexy Mainaky (ganda putra) meraih emas. Lalu pada Olimpiade 2000, pasangan Chandra Wijaya/Tony Gunawan (ganda putra) meraih medali emas, kemudian pada Olimpiade 2004 Taufik Hidayat meraih medali emas tunggal putra.
Selanjutnya pada Olimpiade 2006 pasangan ganda putra Hendra Setiawan/Markis Kido meraih emas, dan Olimpiade 2016 pasangan Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir meraih emas nomor ganda campuran.