Taliban Rebut Provinsi di Utara Afghanistan

Taliban telah menduduki Faizabad, yang merupakan ibu kota provinsi Badakhshan.

AP/Hamed Sarfarazi
Petugas keamanan Afghanistan berpatroli setelah mereka merebut kembali bagian kota Herat menyusul pertempuran antara Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan, di pinggiran Herat, 640 kilometer (397 mil) barat Kabul, Afghanistan, Minggu, 8 Agustus 2021
Rep: Rizky Jaramaya Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban berhasil menguasai provinsi ke delapan yang terletak di Afghanistan utara pada Rabu (11/8). Provinsi Badakshan jatuh ke tangan Taliban dalam enam hari setelah bertempur dengan pasukan keamanan Afghanistan.

Taliban telah menduduki Faizabad, yang merupakan ibu kota provinsi Badakhshan. Hal ini terjadi ketika Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mendarat di Mazar-i-Sharif untuk mengerahkan pasukan militernya ketika pasukan Taliban mendekati kota terbesar di utara.

Setelah pertempuran panjang di Faizabad, pasukan pemerintah mundur ke distrik tetangga, Jawad Mujadidi. Seorang anggota dewan provinsi dari Badakhshan mengatakan kepada Reuters, Taliban telah mengambil sebagian besar provinsi dan mengepung Faizabad sebelum melancarkan serangan pada Selasa (10/8).

Provinsi Badakhshan berbatasan dengan Tajikistan, Pakistan, dan China. Jatuhnya kota Faizabad adalah kemunduran terbaru bagi pemerintah Afghanistan. Pemerintah telah berupaya untuk membendung momentum serangan Taliban dalam beberapa bulan terakhir.  

Bagian utara selama bertahun-tahun adalah wilayah Afghanistan yang paling damai. Tercatat hanya sedikit kehadiran Taliban di wilayah tersebut.

Selama pemerintahan Taliban pada  1996 hingga 2001, mereka tidak pernah sepenuhnya mengendalikan wilayah utara. Tetapi kali ini, mereka mengamankan wilayah utara sebelum mendekati ibu kota Kabul.

Pasukan Taliban sekarang menguasai 65 persen wilayah Afghanistan. Seorang pejabat senior Uni Eropa mengatakan, Taliban telah mengancam untuk mengambil 11 ibu kota provinsi dan berusaha untuk mencabut dukungan tradisional Kabul dari pasukan nasional di utara.

Presiden AS Joe Biden mendesak para pemimpin Afghanistan untuk memperjuangkan tanah air mereka. Biden mengatakan, dia tidak menyesali keputusannya untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan. Biden mencatat bahwa AS telah menghabiskan lebih dari 1 triliun dolar AS untuk mendukung pasukan mereka di Afghanistan selama 20 tahun.

Selain itu, AS harus kehilangan ribuan tentara. Biden mengatakan, AS memberikan dukungan udara, makanan, peralatan, dan gaji yang signifikan kepada pasukan Afghanistan.

 
 

Baca Juga


Amerika Serikat akan menyelesaikan penarikan pasukannya pada bulan ini. Taliban berjanji untuk tidak menyerang pasukan asing saat mereka mundur. Tetapi mereka tidak mau melakukan gencatan senjata dengan pasukan pemerintah.

Pejabat pemerintah telah meminta Pakistan untuk menghentikan bala bantuan dan pasokan kepada Taliban di perbatasan. Pakistan membantah bahwa mereka memberikan dukungan kepada Taliban.

Pasukan pemerintah Afghanistan telah menarik diri dari distrik pedesaan yang sulit dipertahankan. Mereka fokus mempertahankan pusat-pusat populasi.  Di beberapa tempat, pasukan pemerintah menyerah tanpa perlawanan.

Presiden Ghani  akan bertemu dengan para pemimpin regional kunci di Mazar-i-Sharif. "Presiden Ghani dijadwalkan bertemu dengan pemerintah daerah dan pejabat keamanan, pemimpin politik dan jihad, tetua suku dan orang-orang berpengaruh," kata kantor kepresidenan di Twitter.

Di selatan, pasukan pemerintah pasukan pemerintah memerangi pejuang Taliban yang berusaha mencapai penjara utama provinsi Kandahar untuk membebaskan rekan-rekan yang ditahan. Tolo News melaporkan, pertempuran juga terjadi di kota Farah dekat perbatasan Iran.

Enam negara anggota UE memperingatkan para pejabat eksekutif  agar tidak menghentikan deportasi pencari suaka Afghanistan yang tiba di Eropa. Mereka khawatir terhadap kemungkinan terulangnya krisis 2015-2016 atas kedatangan lebih dari satu juta migran, terutama dari Timur Tengah.



sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler