Jalanan Ibu Kota Kabul Sepi dari Perempuan
Para perempuan dilaporkan memilih di rumah karena takut dihukum.
REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Jalan-jalan di Kabul, Afghanistan, kosong dari keberadaan perempuan pada Senin (16/8). Orang-orang bersenjata dari Taliban berpatroli di mobil-mobil yang disita oleh polisi, menyita senjata dari penjaga keamanan, dan mendesak pemilik toko serta pegawai pemerintah kembali bekerja.
"Tidak ada perempuan yang berjalan di jalanan, tetapi ada perempuan di dalam mobil yang mengenakan masker dan tidak berambut,” kata perempuan berusia 24 tahun bernama Hayat yang pergi keluar untuk melihat seperti apa kotanya di bawah pemerintahan Taliban.
Perempuan tinggal di rumah karena takut dipukuli karena tidak menutup aurat atau pergi keluar tanpa wali laki-laki. Di beberapa bagian Afghanistan laporan pernikahan paksa dengan milisi Taliban telah mengikuti pengambilalihan dalam beberapa pekan terakhir.
"Satu-satunya perubahan positif adalah tidak ada lalu lintas. Tapi saya tidak merasa aman dan di benak saya, saya terus berpikir bahwa mereka akan menembak saya sekarang," ujar Hayat.
Meskipun kepemimpinan Taliban belum menetapkan aturan baru untuk penduduk Kabul, para milisi menggunakan pengeras suara di salah satu masjid di barat kota untuk melakukan pengumuman. Taliban menyatakan perempuan harus mengenakan burqa atau jilbab penuh yang merupakan abaya panjang dan penutup wajah. Milisi itu juga diketahui telah memulai penegakan kode keras di bagian lain kota.
Seperti dikutip The Guardian, seorang perempuan tua yang pergi keluar untuk mendapatkan makanan bagi keluarganya melihat pria bersenjata mendorong perempuan lain dan mengirim mereka pulang karena tidak tertutup. Dia juga melihat mereka menyeret perempuan yang lebih muda pergi. Kebanyakan perempuan hanya tinggal di rumah.
Banyak perempuan di Kabul tidak memiliki burqa, pakaian yang diwajibkan Taliban untuk dikenakan perempuan di masa lalu ketika memimpin negara itu. "Saya tidak memilikinya, saya tidak tahu harus membelinya di mana tetapi banyak teman saya yang mencarinya. Perempuan membelinya karena itu menyelamatkan nyawa, menghilangkan ancaman terhadap Anda," ujar perempuan itu.
Selain itu, sebagian besar bisnis tutup, meskipun Taliban telah mendesak orang untuk kembali bekerja dan hidup normal. Hanya beberapa toko roti, toko kelontong, dan restoran yang buka sehingga orang dapat makan.
Milisi mengonsolidasikan cengkeraman di kota dengan mengunjungi kompleks untuk mengumpulkan senjata dari penjaga keamanan swasta. Mereka merayakan kemenangan dengan berparade di luar kedutaan Amerika Serikat (AS) yang sekarang ditinggalkan.
Juru bicara Taliban Suhail Shaheen telah mendesak orang untuk tinggal dan membangun kembali. "Negara kita membutuhkan mereka. Ini adalah negara mereka, negara dari semua warga Afghanistan," katanya.
Shaheen menegaskan Taliban telah berjanji tidak akan ada ancaman terhadap nyawa. "Kami meyakinkan mereka bahwa tidak ada risiko terhadap hidup mereka, harta benda mereka, kehormatan mereka," katanya. D