Mungkinkah Long Covid Usik Orang yang Sudah Divaksinasi?

Gejala long Covid dapat berlangsung hingga berbulan-bulan.

ANTARA/Umarul Faruq
Vaksinasi Covid-19. Sampai sekarang, belum ada satupun vaksin Covid-19 yang memiliki efektivitas hingga 100 persen.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin Covid-19 yang tersedia saat ini belum ada yang memiliki efektivitas hingga 100 persen untuk mencegah seseorang terkena penyakit wabah ini. Meski demikian, vaksin masih cukup efektif untuk mencegah tingkat keparahan penyakit akibat infeksi virus corona jenis baru, SARS-CoV-2, ini.

Lalu, bagaimana dengan kasus infeksi pada orang yang sudah divaksinasi (breakthrough infection), apakah mereka tetap berisiko mengalami long Covid? Peneliti masih belum memiliki jawabannya.

Sejumlah peneliti hingga saat ini masih melakukan studi untuk mengungkap kemungkinan kasus-kasus Covid-19 yang terjadi setelah orang mendapatkan vaksinasi bisa menyebabkan kesakitan dalam jangka waktu panjang (long Covid).

Long Covid terjadi saat orang mengalami gejala Covid-19 terus menerus. Gejala itu dapat berbulan-bulan sejak terinfeksi.

Kondisi tersebut juga dapat berkembang setelah infeksi awal yang parah atau bahkan pada mereka yang awalnya memiliki gejala ringan atau tanpa gejala sama sekali. Beberapa perkiraan menunjukkan, sekitar 30 persen pasien Covid-19 yang belum divaksinasi mengalami gejala jangka panjang.

Baca Juga


Di antara gejala jangka panjang Covid-19 yang dilaporkan termasuk sesak napas, kelelahan, sulit berkonsentrasi, insomnia, dan brain fog (kabut otak). Gejala serupa juga dapat berkembang setelah seseorang terinfeksi virus lainnya.

Gejala Long Covid dipicu juga oleh kondisi psikologis pasien - (Republika)


Sebuah penelitian skala kecil yang dilakukan di Israel juga menemukan bahwa long Covid dialami oleh beberapa petugas kesehatan. Mereka dilaporkan mengembangkan gejala ringan, seperti batuk, kelelahan, dan tubuh terasa lemah yang bertahan setidaknya selama enam pekan.

Para peneliti tidak tahu faktor yang membuat gejala tetap ada. Namun, mereka meyakini bahwa beberapa gejala mencerminkan adanya jaringan parut paru-paru atau kerusakan organ lain dari infeksi awal yang parah.

Teori lain menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan lama dalam tubuh dan memicu respons imun yang mengarah pada gejala infeksi secara lebih panjang.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler