Batuk Terus-menerus Tanda Kanker Paru? Jangan Diabaikan
Mayoritas orang Inggris tidak mengetahui gejala awal kanker.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ribuan orang disebut menunda perawatan medis untuk gejala kanker. Chief executive baru dari National Health Service (NHS) Inggris memperingatkan ketika terdeteksi pada tahap awal, kanker sering kali dapat diobati dengan mudah.
Namun, mayoritas orang Inggris menunda mencari bantuan karena enggan memberikan tekanan ekstra pada operasi dokter umum, terlebih dengan adanya pandemi Covid-19. Menurut survei yang mencakup 2.000 orang dewasa, sebanyak 60 persen orang di Inggris khawatir membebani NHS. Dari jumlah itu, sebanyak 49 persen responden mengatakan akan menunda mencari saran medis lebih lama dibandingkan yang mereka lakukan sebelum pandemi.
"Orang-orang seharusnya tidak merasa seperti mereka tidak ingin mengganggu NHS, yang terbuka dan siap untuk merawat orang," kata Chief Executive NHS, Amanda Pritchard, dilansir Men’s Health, Rabu (25/8).
Dia menjelaskan, layanan kanker sudah berjalan lebih inovatif. Misalnya saja, dia mencontohkan bahwa pemeriksaan kanker usus bisa dilakukan dengan memasukkan kamera kecil.
Yang mengkhawatirkan, survei tersebut juga mengungkapkan mayoritas orang Inggris tidak mengetahui gejala awal. Hampir dua dari tiga orang (63 persen) yang disurvei tidak tahu bahwa ketidaknyamanan perut yang berlangsung selama tiga pekan atau lebih adalah tanda potensial. Dua dari lima orang tidak menyadari batuk terus-menerus dapat menandakan kanker paru-paru.
NHS dan Public Health England lantas meluncurkan kampanye “Bantu Kami, Bantu Anda” untuk menyoroti tanda-tanda awal kanker paru-paru, kanker perut (seperti kanker tenggorokan, usus, dan perut), serta kanker urologi, yang mempengaruhi ginjal, prostat, dan kandung kemih.
"Sangat penting bagi orang untuk mengenali gejala umum yang dapat menandakan diagnosis kanker, dan sangat penting mereka mengambil tindakan, sehingga bisa mendapatkan tes yang akhirnya bisa menyelamatkan hidup mereka," ujar Pritchard.
Para ahli telah memperingatkan krisis kanker yang tinggi sebagai akibat langsung dari penangguhan layanan skrining, diagnosis, dan perawatan selama pandemi. European Director di World Health Organisation (WHO), Hans Kluge, mendeskripsikan pengabaian itu dapat menjadi bencana yang serius.