Prancis dan Inggris Usulkan Zona Aman di Kabul
Usulan itu untuk melindungi orang-orang yang mencoba meninggalkan Afghanistan.
REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis dan Inggris akan mengajukan resolusi pada pertemuan darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (30/8). Paris dan Inggris mengusulkan zona aman di Kabul, untuk melindungi orang-orang yang mencoba meninggalkan Afghanistan.
"Proposal resolusi kami bertujuan untuk menentukan zona aman di Kabul, di bawah kendali PBB, yang akan memungkinkan operasi kemanusiaan berlanjut," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron kepada surat kabar Prancis Le Journal du Dimanche (JDD), dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada Ahad (29/8).
Macron mengatakan, Prancis mengadakan diskusi awal dengan Taliban tentang situasi kemanusiaan di Afghanistan. Prancis juga membahas kemungkinan evakuasi lanjutan dari Afghanistan.
Pasukan militer AS yang telah menjaga bandara di Kabul, akan ditarik pada 31 Agustus sesuai batas waktu yang ditetapkan oleh Presiden AS Joe Biden. Prancis termasuk di antara negara-negara yang telah mengakhiri evakuasi dari bandara Kabul. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengadakan pertemuan di Afghanistan dengan utusan PBB untuk Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Cina, dan Rusia.
Perdana Menteri Prancis Jean Castex mengumumkan bahwa Prancis menghentikan evakuasi dari bandara Kabul pada Jumat (27/8) malam. Ribuan orang berusaha melarikan diri sejak Taliban mengambilalih Afghanistan. Mereka memenuhi bandara Kabul dan berharap ada penerbangan yang mengangkut mereka ke luar negeri. Hal ini memicu pengangkutan udara besar-besaran.
Sebelumnya wali kota dari 11 kota di Prancis menyatakan kesiapannya untuk menampung pengungsi Afghanistan. Mereka mendesak pemerintah untuk menunjukkan solidaritas. Beberapa wali kota yang tergabung dalam partai sayap kiri dan sosialis, menyatakan sikap mereka di media sosial. Hal ini untuk menunjukkan solidaritas dan kemanusiaan yang mendesak kepada warga negara Afghanistan yang menghadapi bahaya dari Taliban.
Pernyataan tersebut sebagai tanggapan atas pidato Presiden Emmanuel Macron pada Senin (16/8), yang menyatakan tentang perlunya melindungi Eropa dari aliran migran gelap yang berasal dari krisis di Afghanistan. Pernyataan Macron menimbulkan kecaman dan kritik dari partai-partai kiri dan sosialis.