4 Permata Manusia Pelindung dari 4 Pemicu Keburukan
Manusia mempunyai empat permata perisai dari keburukan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Syekh Nawawi Al Bantani merupakan ulama nusantara yang mendunia. Ulama asal Banten ini termasuk intelektual muslim yang produktif. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Nashaih Al-Ibad.
Dalam kitabnya ini, Syekh Nawawi menjelaskan tentang salah salah satu hadits nabi yang mengungkapkan empat pertama dalam diri manusia.
Namun, Syekh Nawawi tidak menyertakan siapa periwat hadits ini, yaitu:
أربعة جواهر فى جسم بني آدم يزيلها أربعة أشياء. أما الجواهر : فالعقل والدين، والحياء، والعمل الصالح. فالغضب يزيل العقل، والحسد يزيل الدين، والطمع يزيل الحياء، والغيبة تزيل العمل الصالح
“Ada empat permata (perangai yang melekat) pada diri anak Adam yang dapat dihilangkan dengan empat perkara lainnya (dari sifat tercela), yaitu,”
Pertama adalah akal. Menurut Syekh Nawawi, akal adalah hiasan rohani yang Allah ciptakan berkaitan dengan fisik manusia.
Kedua, agama. Menurut Syekh Nawawi, agama ini maksudnya adalah hal yang mengajak orang berakal untuk menerima segala hal dari Rasulullah SAW.
Ketiga, haya’ (rasa malu). Keempat, amal saleh (yang ikhlas).Keempat perkara tersebut dapat hilang dengan empat hal berikut ini:
Berdasarkan sabda Nabi tersebut, Syekh Nawawi menuturkan bahwa yang pertama, kemarahan dapat menghilangkan akal sehat, yaitu cahaya dalam hati sehingga manusia bisa mengetahui perkara yang haq dan batil.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Mua’awiyah, jauhilah olehmu marah, karena marah dapat merusak iman sebagaimana pahitnya shabr (bratawali) merusak manisnya madu.” (HR Al Baihaqi).
Kedua, kedengkian (berharap hilangnya kenikmatan orang lain) dapat menghilangkan agama. Rasulullah SAW bersabda,
“Jauhilah hasad, karena hasud dapat menghapus (pahala) kebaikan sebagaimana api membakar kayu.” (HR Abu Dawud).
Ketiga, tamak (senang terhadap sesuatu) dapat menghilangkan rasa malu. Keempat, ghibah dapat menghilangkan amal saleh.
Menurut Syekh Nawawi, ghibah adalah menyebut-nyebut kejelekan orang lain di belakangnya dan kejelekan itu memang betul adanya.
“Apabila kejelekan yang disebut-disebut itu tidak ada padanya, maka itu berarti tuduhan dusta. Jika menyebut-nyebut kejelekan orang lain itu dilakukan di hadapannya, itu disebut memaki,” jelas Syekh Nawawi.