Pejuang Kanker Bergulat dengan Covid-19 Hampir Setahun

Pejuang kanker limfoma itu bukan terinfeksi ulang.

CDC via AP, File
Ilustrasi SARS-CoV-2, virus corona tipe baru penyebab Covid-19. Virus terpantau terus bertahan lama di dalam tubuh seorang perempuan pejuang kanker limfoma.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang perempuan pasien kanker terinfeksi SARS-CoV-2 selama hampir satu tahun. Kondisi yang dialaminya termasuk dalam kasus Covid-19 terlama yang pernah dilaporkan, menurut sebuah studi terbaru.

Baca Juga


Perempuan berusia 47 tahun itu, seperti diungkap Science Magazine, pertama kali dirawat di National Institutes of Health (NIH) di Maryland, Amerika Serikat akibat Covid-19 pada musim semi tahun 2020. Namun, infeksinya berlanjut selama 335 hari.

Pejuang kanker itu juga mendapatkan hasil tes positif Covid-19 berulang dengan gejala yang masih ada. Ia pun membutuhkan oksigen tambahan di rumah.

Meskipun tesnya menunjukkan positif Covid-19, tingkat virus di tubuhnya hampir tidak terdeteksi selama berbulan-bulan setelah infeksi awalnya. Namun, pada Maret 2021, tingkat virusnya melonjak lagi.

Para peneliti membandingkan genom dari sampel yang dikumpulkan selama infeksi awal dengan yang lebih baru. Mereka menemukan virusnya masih sama.

Dengan kata lain, pasien ini tidak terinfeksi ulang. Ia terus menyimpan virus yang sama selama hampir satu tahun, menurut para penulis studi.

Seperti dikutip dari Live Science, Sabtu, virus corona tipe baru penyebab Covid-19 kemungkinan dapat bertahan begitu lama di tubuh perempuan itu karena dia memiliki sistem kekebalan yang terganggu akibat pengobatan limfoma atau kanker di bagian sistem kekebalan. Dia pernah diobati dengan terapi sel CAR-T sekitar tiga tahun lalu.

Terapi itu melemahkan sistem kekebalannya dengan menghabiskan sebagian besar sel B atau sel sistem kekebalan yang membuat antibodi. Ahli virologi molekuler di NIH sekaligus penulis studi, Elodie Ghedin, mengatakan, kasus infeksi pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah memberi gambaran tentang bagaimana virus menjelajahi ruang genetik.

Dalam sampel virus corona dari pasien limfoma, para peneliti menemukan dua penghapusan genetik, satu di beberapa gen yang mengode protein spike atau pintu masuk virus corona, dan lainnya. Pada kasus ini, infeksi kronis jarang terjadi.

Hanya saja, itu dapat menyebabkan varian baru. Sebab, virus memiliki lebih banyak waktu dan ruang untuk berkembang di dalam tubuh dengan sistem kekebalan yang lemah.

Kini, perempuan pasien limfoma yang dirawat karena infeksi Covid-19 itu telah sembuh. Dia telah mendapatkan beberapa tes Covid-19 negatif sejak April lalu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler