Kuartal III 2021, Ekonom Prediksi Ekonomi Tumbuh 3,9 Persen
Prediksi ini di bawah target Kementerian Keuangan sebesar 4,5 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro memperkirakan, ekonomi kuartal III 2021 tumbuh 3,9 persen jika dibandingkan periode sama 2020 (year on year/yoy). Ini di bawah ekspektasi konsensus dengan perkiraan Kementerian Keuangan sebesar 4,5 persen.
"Namun, kami memperkirakan pemulihan PDB yang kuat di masa mendatang, dengan konsumsi rumah tangga yang didukung kenaikan harga komoditas dan panen beras yang melimpah diharapkan pada kuartal IV 2021," tutur Satria dalam hasil kajiannya di Jakara, Kamis (28/10).
Ia berpendapat, perkiraan tersebut seiring konsumsi dan investasi yang lemah di kuartal ketiga ini diimbangi ekspor yang kuat. Kebangkitan varian Delta Covid-19 di Indonesia terjadi antara Juni dan September 2021, yang berarti sebagian besar ekonomi di kuartal III 2021 terpengaruh oleh lockdown.
Menurut perhitungan Satria, konsumsi dan investasi hanya akan tumbuh sekitar tiga persen (yoy) pada kuartal III 2021, sehingga menurunkan angka PDB utama. "Kelemahan ini kemungkinan diimbangi oleh kinerja yang lebih baik dalam perdagangan luar negeri bersih, dengan ekspor kemungkinan tumbuh di atas 35 persen (yoy) karena lonjakan harga komoditas telah memperbesar surplus perdagangan ke rekor tertinggi," ungkapnya.
Melihat pendorong pertumbuhan, ia memproyeksikan ekonomi secara keseluruhan tahun ini akan tumbuh 3,6 persen (yoy), hal tersebut seiring dengan optimisme di kuartsl IV 2021 yang didorong beberapa faktor.
Pertama, karantina yang berkepanjangan di kuartal III 2021 dapat diterjemahkan menjadi permintaan terpendam untuk konsumsi rumah tangga di kuartsl selanjutnya, karena konsumen kelas menengah melepaskan tabungan mereka, dengan asumsi pemerintah dapat secara ketat mengontrol perbatasan luar negeri dan mencegah gelombang kasus COVID-19 lainnya.
Kedua, lanjut Satria, defisit fiskal yang lebih rendah dari perkiraan pada kuartal ketiga (2,74 persen dari PDB atau sekitar Rp 452 triliun lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu) menawarkan peluang untuk meningkatkan belanja infrastruktur, yang dapat mendorong investasi.
Ketiga, sektor pertanian memiliki prospek positif karena perkiraan produksi beras yang tinggi pada Oktober-Desember, ditambah dengan kenaikan harga komoditas lain dari kelapa sawit hingga kopi, sehingga akan mendukung konsumsi rumah tangga petani Indonesia.