59.000 Pekerja Industri Daging di AS Terpapar Covid-19
Angka pekerja yang terpapar Covid-19 tiga kali lebih besar dari yang diperkirakan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 59.000 pekerja di industri daging kemasan terpapar Covid-19. Sebanyak 269 pekerja diantaranya meninggal dunia. Berdasarkan laporan parlemen Amerika Serikat mengatakan bahwa angka tersebut tiga kali lebih besar dari yang diperkirakan.
Dilansir dari CBS News, Jumat (29/10), dalam laporan tersebut juga dikatakan bahwa industri daging kemasan menjadi salah satu episentrum awal pandemi virus. Perusahaan seharusnya memberikan perlindungan untuk para pekerja.
Laporan menyebut angka infeksi baru di industri ini jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan Serikat Pekerja Komersial dan Makanan di Amerika yakni 22.400 kasus. Jumlah yang terinfeksi bahkan diprediksi bisa lebih tinggi karena dokumen perusahaan biasanya tidak memperhitungkan kasus virus corona yang dikonfirmasi oleh pengujian luar atau dilaporkan sendiri oleh karyawan.
Sebuah penelitian terhadap orang dewasa usia kerja di California yang diterbitkan pada bulan Juni juga menemukan bahwa sektor pangan dan pertanian memiliki tingkat kematian tertinggi akibat Covid-19.
“Pekerja tertular virus corona pada tingkat yang mengkhawatirkan karena kondisi di fasilitas pengemasan daging, perusahaan pengemasan daging memprioritaskan keuntungan dan produksi daripada keselamatan pekerja, terus menerapkan praktik yang menyebabkan fasilitas padat di mana virus menyebar dengan mudah," tulis laporan itu.
Pada puncak wabah musim semi lalu, produksi pengemasan daging AS turun menjadi sekitar 60 persen dari tingkat normal. Beberapa pabrik besar terpaksa ditutup sementara untuk dilakukan pembersihan.
Laporan itu mengatakan bahwa langkah perusahaan dinilai lambat dalam mengambil langkah-langkah perlindungan seperti memeriksa suhu karyawan, mendistribusikan peralatan pelindung seperti masker dan memasang penghalang di antara pekerja. Sementara itu, kelompok perdagangan Institut Daging Amerika Utara ikut menanggapi hal tersebut.
"Pekerja daging dan unggas garis depan termasuk yang pertama terkena dampak pandemi, tetapi data yang tersedia untuk umum mengkonfirmasi bahwa langkah-langkah komprehensif yang diterapkan di sektor ini sejak musim semi 2020, termasuk upaya pencegahan infeksi dan vaksinasi yang ekstensif, telah berhasil melindungi tenaga kerja yang berdedikasi dan beragam di sektor ini karena mereka terus memberi makan orang Amerika dan menjaga ekonomi kita tetap berjalan," kata Presiden dan CEO kelompok perdagangan, Julie Anna Potts.
Dalam pernyataannya, sejumlah perusahaan di industri tersebut seperti Cargill, Tyson dan JBS mengatakan bahwa mereka bekerja secara agresif untuk memenuhi standar kesehatan dan keselamatan untuk melindungi karyawan mereka. Perusahaan sudah melakukan pengujian luas selama puncak pandemi dan mendesak karyawan untuk divaksinasi.
"Sepanjang pandemi, kami telah bekerja keras untuk mempertahankan operasi yang aman dan konsisten. Pada saat yang sama, kami tidak ragu-ragu untuk menghentikan sementara atau mengurangi kapasitas di pabrik pengolahan ketika kami memutuskan untuk melakukannya," kata juru bicara Cargill, Daniel Sullivan.
"Bahkan satu penyakit atau kehilangan nyawa akibat COVID-19 adalah satu terlalu banyak, itulah sebabnya kami telah mengambil tindakan progresif sejak awal pandemi untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja kami, termasuk pengujian ekstensif dan persyaratan vaksin yang telah menyebabkan lebih dari 96 persen tenaga kerja AS kami divaksinasi," kata juru bicara Tyson, Gary Mickelson.
Dalam laporan itu juga mencatat bahwa tingkat infeksi sangat tinggi di beberapa pabrik pengepakan daging. Misalnya, 54 persen tenaga kerja di pabrik JBS di Hyrum, Utah, tertular virus antara Maret 2020 dan Februari 2021. Dan 44 persen karyawan di pabrik National Beef di Tama, Iowa, tertular COVID-19 dari April 2020 hingga Februari 2021.