50 Sekolah Hentikan PTM, Oded Klaim Masih Terkendali

PTM di Kota Bandung diklaim masih terkendali meski ratusan siswa dan guru positif.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas kesehatan melakukan tes usap antigen ke pelajar di SDN 015 Kresna, Cicendo, Kota Bandung, Jumat (15/10). Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Kesehatan Kota Bandung dan Dinas Pendidikan Kota Bandung melakukan tes usap antigen secara acak bagi pelajar di sejumlah sekolah untuk memastikan kesehatan siswa dan mencegah terjadinya klaster penyebaran Covid-19 di sekolah selama Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).
Rep: Muhammad Fauzi Ridwan Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wali Kota Bandung, Oded M Danial, mengeklaim, penyelenggaran pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di Kota Bandung masih terkendali meski ratusan siswa dan guru dinyatakan positif Covid-19. Akibat kondisi itu, sebanyak 50 sekolah menghentikan PTM dan beralih ke pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Baca Juga


"Kalau kemarin Pak Ema (Sekda Kota Bandung) ke saya, kesimpulan PTM masih dalam kendali," ujarnya kepada wartawan di Balai Kota Bandung, Senin (1/11). Terkait angka terbaru, ia mengaku belum mendapatkan laporan dari Dinas Pendidikan Bandung.

Terpisah, Sekretaris Dinas (Sekdis) Pendidikan Kota Bandung, Cucu Saputra, mengatakan, total sekolah yang sudah diperiksa mencapai 212 hingga Jumat (29/10). Jumlah sampel yang sudah diperiksa sebanyak 8.206 sedangkan hasil yang sudah keluar sebanyak 7.515 dari total 190 sekolah.

"Positif  243 dan negatif  7.272," katanya. Jumlah positif Covid-19 terdiri dari 224 siswa dan 19 orang guru.

Cucu melanjutkan, hasil tes PCR siswa dan guru sebanyak 50 sekolah mencapai di atas 5 persen sehingga PTM dihentikan sementara, di atas 1 hingga 5 persen sebanyak 49 sekolah dan 0 persen 91 sekolah. 22 sekolah masih menunggu hasil.

Sebelumnya, Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, mengeklaim, penerapan protokol kesehatan di sekolah sangat ketat dan aman. Terlebih sekolah-sekolah yang diperbolehkan PTM diperiksa untuk memastikan kesiapan menggelar kegiatan tersebut.

"Saya punya keyakinan 2.000 ini di sekolah prokesnya pasti bagus. Tapi kita gak pernah tahu perjalanan dari rumah ke sekolah kemudian kan di regulasi gak boleh ada kantin saya lihat di satu SD diluar teh PKL karena orang tua nunggu jajan dan kadang anak berkeumunan," katanya.

Ia menduga situasi tersebut berpotensi menjadi media penyebaran Covid-19. Yana pun meminta dinas pendidikan dan sekolah untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.

Selain itu, ia pun menyebut tidak terdapat klaster penyebaran selama pelaksanaan PTM terbatas. Sebab mereka yang positif Covid-19 baik siswa dan guru tersebar di seluruh sekolah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
 
Berita Terpopuler