WHO: Kenaikan Kasus Covid-19 Eropa Peringatan untuk Lainnya

WHO sebut kenaikan kasus Covid-19 di Eropa menjadi peringatan bagi kawasan lain.

Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Sejumlah negara di Eropa telah melaporkan kenaikan kasus Covid-19.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Eropa mencatat kenaikan 55 persen kasus COVID-19 dalam empat pekan terakhir, terlepas dari ketersediaan vaksin. Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mengatakan, hal itu seharusnya menjadi suatu peringatan bagi kawasan lain.

"Ini adalah suatu peringatan bagi dunia untuk melihat apa yang terjadi di Eropa meskipun tersedia vaksinasi," kata Direktur urusan darurat WHO Mike Ryan dalam sebuah konferensi pers, Kamis.

Beberapa negara Eropa telah melaporkan kenaikan, bahkan lonjakan, kasus harian Covid-19 di tengah cakupan vaksinasi yang kurang optimal. Di Jerman, Kroasia, Slovenia, dan Slovakia kKasus harian Covid-19 menyentuh rekor tertinggi.

Kematian harian akibat Covid-19 di Rusia mencapai rekor. Lalu, total kasus di Ukraina menembus tiga juta dan kasus harian di Polandia mencapai 15 ribu untuk pertama kalinya sejak April.

Baca Juga



Sementara itu, jumlah kasus rawat inap Covid-19 di Belgia kembali naik ke level sebelum karantina wilayah (lockdown) pada Oktober 2020. Kasus baru Covid-19 di Austria juga melonjak mendekati rekor tahun lalu.

Insiden tersebut membuka kemungkinan lockdown bagi warga Austria yang belum divaksinasi. Itu terjadi saat pemerintah berusaha meyakinkan masyarakat untuk menerima suntikan vaksin Covid-19.

Hasil rontgen paru pasien Covid-19 yang sudah divaksinasi (kiri) vs belum divaksinasi. - (Dok Dr. Sam Durani)

Sementara itu, di China, pakar penyakit saluran pernapasan Prof Zhong Nanshan meyakini gelombang terakhir Covid-19 di negaranya akan tertangani tidak terlalu lama lagi. Ia memprediksi, kasus infeksi SARS-CoV-2 itu reda dalam waktu sebulan ke depan.

"China akan terus berusaha menerapkan kebijakan nol penularan karena tingkat kematian global sebesar dua persen masih terlalu tinggi," ujar Zhong, seperti dikutip media China, Kamis.

Kasus Covid-19 terakhir yang ditemukan di Provinsi Gansu dan daerah otonomi Mongolia sejak dua pekan lalu telah merambah 19 provinsi. Bahkan, kasus tersebut lebih sporadis dibandingkan gelombang sebelumnya yang berawal dari klaster di Nanjing pada Juni lalu.

Menurut Zhong, kasus sporadis tersebut hal biasa. Apalagi, China telah melonggarkan pembatasan kedatangan orang asing menjelang Olimpiade Musim Dingin (Winter Olympic) di Beijing pada awal 2022.

"Saya berpikir, kebijakan nol penularan akan terus diterapkan di beberapa tempat dalam waktu lama," kata pakar yang baru saja mendapatkan penghargaan dari otoritas China atas dedikasnya dalam penelitian SARS dan Covid-19 itu.

sumber : Antara, Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler