Penyebab Banjir Bandang Batu Versi BNPB

Salah satu sebab banjir bandang Batu adalah soal vegetasi.

Antara/Zabur Karuru
Penyebab Banjir Bandang Batu Versi BNPB. Foto: Relawan memeriksa kesehatan pengungsi terdampak banjir bandang Kota Batu di tempat pengungsian di Brawijaya Edupark, Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (5/11/2021). Ratusan warga Kota Malang terpaksa mengungsi akibat banjir bandang yang melanda wilayah Kota Batu.
Rep: Wilda Fizriyani Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,BATU -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkap sejumlah hal yang diduga menjadi penyebab banjir bandang di Kota Batu. Hal ini diungkapkan setelah BNPB bersama Wali Kota Batu dan sejumlah instansi melakukan peninjauan lokasi terdampak dari pantauan udara. 

Baca Juga


Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, BNPB, Abdul Muhari mengatakan, pihaknya telah menemukan gambaran Kali Mati yang berada di hulu sungai.  "Untuk curah hujan tidak tinggi, ini (biasanya) tidak terlalu dominan air ini (di Kali Mati)," kata Muhari dalam konferensi pers secara daring, Sabtu (6/11) sore.

BNPB juga menemukan adanya tujuh punggungan yang enam di antaranya memiliki alur lembah sungai. Di bawah setiap alur lembah ini terdapat aliran air dan sisi-sisinya memiliki tebing yang sangat terjal. Sisi tebing ini tidak dilindungi vegetasi yang terlalu rapat dan akarnya lemah sehingga tak mampu menyerap tanah dan menyimpan air. 

Vegetasi yang tidak mumpuni membuat tanah di lokasi mudah longsor saat hujan deras. Longsoran-longsoran ini akan menutup badan air sungai sehingga muncul bendung alam di saluran sungai tersebut. Kemudian pada saat hujan deras, badan air yang tertutup tadi akan membentuk aliran. 

"Ketika sudah cukup tinggi, si bendung alam ini tidak kuat sehingga jebol, ini yang kemudian dibawa ke bawah," jelasnya.

Tidak hanya tanah longsoran dari tebing yang dibawa aliran air sungai tersebut. Pohon-pohon yang tumbang akibat longsor juga ikut terseret. Sebab itu, banjir bandang di Kota Batu banyak membawa material pohon sebelumnya.

Di samping itu, BNPB juga menemukan banyaknya kebun semusim yang dibuat di lereng tebing sungai. Hujan intensitas tinggi menyebabkan tanah-tanah di kebun tersebut ikut terbawa sehingga memunculkan temuan lumpur pada banjir lalu. Hal ini dapat terjadi lantaran akar tanaman semusim seperti sayuran tidak mampu mengikat tanah dengan baik.

Berdasarkan temuan-temuan ini, BNPB pun merekomendasikan sejumlah rencana aksi yang akan dilakukan oleh pemerintah setempat dalam waktu dekat. Pertama, Muhari menegaskan, saat ini fenomena La Nina akan berlangsung hingga Januari dan Februari 2022. Kondisi ini akan membuat frekuensi dan intensitas hujan meningkat di beberapa tempat di Indonesia.

Selanjutnya, sejumlah instansi seperti TNI, Polri dan Basarnas akan melakukan susur sungai. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat potensi sumbatan dan bendung alam di lokasi. "Karena dari survei kami, itu ada punggungan yang ada alur lembah sungai dan poin titiknya sudah diperhatikan. Ini akan ditindaklanjuti untuk melihat lebih jelas apakah berpotensi sumbatan atau bendung alam," ucapnya.

Pada kegiatan ini juga akan diikuti dengan pembersihan sisa-sisa pohon tumbang. Pasalnya, BNPB menemukan masih ada gambar pohon tumbang di alur sungai. Kondisi ini berpotensi bahaya sehingga harus segera dibersihkan ke depannya.

Untuk memperkuat lereng dan kawasan yang sudah dijadikan kebun semusim, BNPB merekomendasikan penanaman pohon keras berakar kuat di lokasi pinggir atas lereng tebing. Hal ini perlu dilakukan terutama di area pinggir kawasan kebun semusim. Rekomendasi penanaman pohon juga ditunjukkan di kebun semusim di lahan datar. 

Menurut Muhari, penanaman pohon di kebun semusim di lahan datar itu penting dilakukan. Jika tidak ada tanaman yang berfungsi mengikat tanah dan menyerap air di lokasi tersebut, maka lambat laun akan menjadi lahan kritis. Muhari khawatir kondisi tersebut akan menjadi permasalahan di masa depan.

BNPB juga merekomendasikan untuk menghindari pemanfaatan kebun semusim di lereng alur sungai. "Dan tentu saja penegakan aturan badan sungai kita perkuat, karena untuk penggunaan kebun semusim tadi," ungkapnya.

Berikutnya, BNPB juga berharap bisa dilaksanakan penanaman vetiver di lereng terjal yang tingkat kemiringannya lebih dari 30 derajat. Hal ini sangat penting untuk dilakukan guna keselamatan bersama. Terakhir, kesiapsiagaan masyarakat untuk evakuasi saat hujan deras juga harus dipersiapkan.

Sementara itu, Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko menyatakan, semua rekomendasi yang disampaikan BNPB akan diperhatikan dengan baik. Pemkot akan berusaha mempersiapkan tempat yang aman untuk warga. Kemudian juga akan menanam vetiver di lereng terjal yang memiliki kemiringan lebih dari 30 derajat.

"Ini semua akan dilakukan dan kita komunikasikan juga dengan kementerian LHK dan pertanian," ucap perempuan berhijab ini.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler