Cegah Perubahan Iklim Butuh Bantuan Negara-Negara Kaya
Negara berkembang membutuhkan bantuan pembiayaan untuk mencegah krisis iklim.
REPUBLIKA.CO.ID, GLASGOW -- Pembicaraan di KTT IKlim COP26 di Glasgow telah memasuki pembahasan soal pembiayaan iklim. Menteri Lingkungan dan Iklim India Bhupender Yadav mengatakan negara-negara kaya berkewajiban memberikan pendanaan iklim kepada negara-negara berkembang, termasuk negaranya.
Negara dengan hampir 1,4 miliar orang atau hampir seperlima dari populasi global dan hanya menyumbang 5 persen dari emisinya. India baru-baru ini mengumumkan akan berhenti menambahkan gas rumah kaca ke atmosfer pada 2070. Target waktu ini adalah dua dekade setelah target “nol bersih” yang ditetapkan oleh AS dan 10 tahun setelah target China.
Untuk mencapai hal itu, India berjanji untuk mendapatkan setengah dari energinya dari energi bersih dan mengendalikan pertumbuhan emisinya pada 2030. Namun untuk mencapai tujuan tersebut, negara berkembang seperti India membutuhkan pembiayaan.
"Pembiayaan iklim bukanlah amal. Ini adalah kewajiban, tanggung jawab, tugas dan sumpah," kata Yadav, Rabu (11/11).
Yadav mengatakan mengatasi kekurangan keuangan sangat penting untuk membuat KTT Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia, menjadi sukses. "Saya percaya tanggung jawab terbesar ... terletak pada negara-negara maju. Karena jika ada celah yang tersisa, itu adalah tindakan untuk pendanaan iklim," katanya.
Yadav memimpin delegasi India pada pembicaraan dua minggu yang dijadwalkan berakhir Jumat (12/11). Sebuah rancangan kesepakatan di bawah negosiasi mencatat negara-negara kaya telah gagal memenuhi janji untuk menyediakan 100 miliar dolar AS setiap tahun dalam pembiayaan iklim kepada negara-negara miskin pada 2020.
Saat ini, negara-negara kaya menyediakan sekitar 80 miliar dolar AS per tahun. Menurut negara-negara miskin dana tersebut tidak cukup untuk mengembangkan sistem energi bersih dan untuk beradaptasi dengan guncangan iklim yang memburuk. India sendiri, dalam dokumen Kementerian Keuangan 2019, mengatakan membutuhkan 2,5 triliun dolar AS.
Yadav mengatakan membantu negara berkembang mengatasi perubahan iklim adalah panggilan hati nurani yang harus ada di hati setiap orang. "Namun terutama pada mereka yang memiliki tanggung jawab historis yang lebih besar daripada yang lain," ujarnya.
Dia mengatakan India adalah salah satu dari sedikit negara di dunia yang berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target iklimnya sebelum 2030. Namun, analis emisi mengatakan negara itu harus memiliki target yang lebih ambisius untuk membantu menempatkan dunia di jalur untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celcius, tujuan dari negosiasi iklim PBB.