Jenderal AS: Rudal Hipersonik China 'Berkeliling Dunia'
Jenderal Hyen memperingatkan kemampuan China yang bisa luncurkan serangan kejut ke AS
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Wakil Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal John Hyten menyatakan, rudal hipersonik China 'berkeliling dunia' saat uji coba selama musim panas lalu. Dia memperingatkan bahwa suatu hari nanti China mungkin dapat meluncurkan serangan nuklir kejutan di Amerika Serikat (AS).
"Mereka meluncurkan rudal jarak jauh. Itu berkeliling dunia, menjatuhkan kendaraan luncur hipersonik yang meluncur kembali ke China, yang berdampak pada target di China," ujar Jendral Hyten dikutip dari CNN, Rabu (17/11).
Hyten sebelumnya menyebut kecepatan militer China sedang mengembangkan kemampuan menakjubkan. "Mengapa mereka membangun semua kemampuan ini? Mereka terlihat seperti senjata yang digunakan pertama kali. Seperti itulah senjata itu bagiku," kata Jendral Hyten.
Pengungkapan tentang tes itu datang di tengah meningkatnya ketegangan atas Taiwan ketika China berusaha untuk memperluas kemampuan senjatanya. Pentagon memperingatkan dalam sebuah laporan yang dirilis awal bulan ini bahwa China dengan cepat memperluas persenjataan nuklirnya dan mungkin memiliki 1.000 hulu ledak nuklir pada akhir dekade ini.
Menurut data terbaru dari Departemen Luar Negeri, AS saat ini memiliki 3.750 hulu ledak nuklir dalam persediaannya. Washington mengerdilkan ukuran persediaan nuklir Beijing.
Pada Oktober, Financial Times melaporkan tentang uji coba kendaraan luncur hipersonik China yang diluncurkan dari roket di orbit rendah Bumi yang secara teoritis mampu menghindari sistem pertahanan rudal AS. Kecepatan pengembangan sistem China mengejutkan pejabat keamanan nasional AS.
Ketika China dan Rusia sedang mengembangkan versi rudal hipersonik mereka sendiri, Pentagon telah menjadikan pengembangan senjata hipersonik sebagai salah satu prioritas utamanya. Uji coba rudal hipersonik AS gagal bulan lalu, tetapi Pentagon menegaskan pihaknya tetap berada di jalur yang tepat untuk mengirimkan senjata hipersonik ofensif pada awal 2020-an.