Pasien Gagal Jantung tak Disarankan Banyak Minum Air

Sesak atau tidak mampu tidur terlentang, waspada ada cairan di jantung atau paru.

Foto : MgRol_92
Pasien gagal jantung tak disarankan banyak minum air (ilustrasi).
Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), dr Antonia Anna Lukito, tak menyarankan mereka yang mengalami gagal jantung meminum banyak air. 

Baca Juga


"Dalam kondisi seseorang dengan masalah jantung, minum yang banyak menambah beban jantung," kata dia dalam webinar bertajuk "Deteksi Dini Jantung: Apakah Mungkin?" pada Kamis (18/11).

Antonia yang berpraktik di Siloam Hospital Lippo Village itu mengatakan, pada kondisi jantung yakni lemah jantung dan gagal jantung, asupan air terlalu banyak bisa menyebabkan kerja jantung bertambah tinggi dan membuatnya lebih lelah. "Banyak dokter jantung pada kondisi jantung tertentu yakni lemah jantung dan gagal jantung biasanya merekomendasikan tidak boleh minum terlalu banyak. Secukupnya, sesuai jumlah yang dianjurkan," kata dia.

Asupan cairan ini tak sebatas pada air putih tetapi juga pada makanan dengan kandungan air tinggi seperti buah-buahan tertentu, kuah sup dan lainnya. Menurut Antonia, pembatasan asupan air juga biasanya diterapkan pada kondisi penyakit jantung katup, mereka yang habis mengalami serangan jantung.

Berbicara jumlah, maka bisa bervariasi. Pada mereka yang sudah terkena gagal ginjal, maka asupan air yang diperbolehkan 1.000-1.500 cc per 24 jam, dengan syarat pasien tidak diam-diam mendapatkan air dari sumber lainnya. "Pasien kalau sudah haus apapun dilakukan. Itu kami sebenarnya kalau haus, rongga mulut sampai ke tenggorokan. Badan tidak haus, fine-fine saja, selama kencing lancar dan bening, tidak kekurangan cairan," kata dia.

Bila rongga mulut haus, pasien disarankan berkumur untuk menghilangkan rasa haus di lokasi itu dan bisa menelan air pada tegukan terakhir. Pada mereka dengan kondisi gagal jantung mengalami sejumlah gejala antara lain lemas, melakukan aktivitas sehar-hari menjadi terbatas semisal biasanya sanggup naik tangga lantai tiga sekarang satu lantai saja sudah capek.

Gejala lainnya, penumpukan cairan di paru sehingga pasien jadi batuk, mengi susah napas padahal tidak ada riwayat sakit paru, selain itu muncul bengkak berupa penumpukan cairan di tungkai bawah mata kaki tungkai paha dan bahkan perut. "Sesak atau tidak mampu tidur terlentang, ini waspada ada cairan di jantung atau paru. Tidak boleh menunda ke dokter," kata Antonia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler