Vaksin Infeksi Saluran Kemih, Solusi Resistensi Antibiotik?

Vaksin diharapkan menjadi terobosan dalam pengobatan infeksi saluran kemih.

Shutterstock
Bakteri mycoplasma penyebab infeksi saluran kemih. Peneliti tengah mengembangkan vaksin infeksi saluran kemih.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti di University of Texas telah mempelajari penggunaan vaksin sel utuh untuk mengatasi infeksi saluran kemih (ISK). Bakteri penyebab ISK diketahui telah mengalami resisten terhadap berbagai antibiotik, sehingga vaksin diharapkan menjadi terobosan baru dalam pengobatan.

Studi ini telah diterbitkan dalam American Chemical Society ACS Nano Journal. Asisten profesor ilmu biologi Dr Nicole De Nisco dan profesor kimia dan biokimia Dr Jeremiah Gassensmith, belum lama ini mendemonstrasikan penggunaan metal-organic frameworks (MOFs) untuk menonaktifkan seluruh sel bakteri dan membuat depot yang memungkinkan vaksin bertahan lama di dalam tubuh.

Studi ini telah diuji coba pada tikus, dan terbukti bisa menghasilkan antibodi yang lebih kuat dan tingkat kelangsungan hidupnya juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan metode vaccine preparation sel utuh standar.

American Urological Association memperkirakan, ada 150 juta kasus ISK terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Jika tidak berhasil diobati, ISK dapat menyebabkan sepsis yang bisa berakibat fatal. Apalagi jika mengalami infeksi ulang yang umumnya terjadi pada wanita pascamenopause, meski ISK harus tetap diwaspadai oleh semua wanita.

"Setiap infeksi ulang lebih sulit untuk diobati. Bahkan jika Anda membersihkan bakteri dari kandung kemih, populasinya tetap ada di tempat lain dan biasanya menjadi semakin resisten terhadap antibiotik," tambah De Nisco seperti dilansir dari Times Now News, Selasa (23/11).

Vaksin ini bekerja dengan memasukkan sejumlah kecil kuman penyebab penyakit yang terbunuh atau dilemahkan, atau beberapa komponennya, ke dalam tubuh. Antigen ini mendorong sistem kekebalan untuk menghasilkan antibodi terhadap penyakit tertentu.

Baca Juga


Membuat vaksin untuk melawan bakteri patogen pada dasarnya sulit. Sebab, bakteri secara signifikan lebih kompleks daripada virus.

Memilih komponen biologis mana yang akan digunakan untuk membuat antigen merupakan tantangan besar. Karenanya, menggunakan seluruh sel lebih baik daripada memilih hanya sebagian bakteri.

"Vaksin yang menggunakan bakteri mati sel utuh tidak berhasil karena sel biasanya tidak bertahan lama di dalam tubuh untuk menghasilkan respons imun jangka panjang dan tahan lama. Itulah alasan membuat depot MOFs yang memungkinkan patogen utuh dan mati ada di jaringan lebih lama, seolah-olah itu adalah infeksi, untuk memicu respons sistem kekebalan skala penuh,” kata Gassensmith.

MOFs yang dikembangkan oleh tim Gassensmith mengumpulkan dan melumpuhkan sel bakteri individu dalam crystalline polymeric matrix. Proses itu tidak hanya membunuh bakteri, tetapi juga mengawetkan dan menstabilkan sel mati terhadap suhu tinggi, kelembapan, dan pelarut organik.

Dalam percobaan mereka, para peneliti menggunakan strain Escherichia coli. Tidak ada vaksin untuk melawan strain patogen dari bakteri ini. E coli uropatogenik menyebabkan sekitar 80 persen dari semua kasus ISK.

"Ketika kami menantang tikus-tikus ini dengan suntikan bakteri yang mematikan, hampir semua hewan uji kami selamat setelah mereka divaksinasi. Ini merupakan kinerja yang jauh lebih baik daripada pendekatan vaksin tradisional. Proses ini diulang beberapa kali, dan kami cukup terkesan dengan hasilnya," kata Gassensmith.

Meski metode tersebut belum diujicobakan pada manusia, De Nisco menyebut, itu berpotensi membantu jutaan pasien. Di luar ISK berulang atau urosepsis, para peneliti meyakini metode depot antigen dapat diterapkan secara luas pada infeksi bakteri, termasuk endokarditis dan tuberkulosis.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler