Berpuasa Sunnah Setiap Hari tanpa Jeda, Bolehkah?
Berpuasa sunnah setiap hari mengabaikan hak diri dan orang lain
REPUBLIKA.CO.ID, — Sholat sunnah bagi sebagian orang sangat diminati, bahkan ada yang ingin melaksanakannya setiap hari. Bolehkah demikian?
Dalam buku Fikih Akhlak karya Syekh Musthafa al Adawy dijelaskan bahwa egala sesuatu memiliki hak. Tubuh memiliki hak, tamu memiliki hak, pasangan memiliki hak bahkan bagian tubuh seperti mata kita pun memiliki hak.
Sehingga setiap apa yang dikerjakan harus seimbang. Sebagaimana kisah sahabat Nabi Abdullah bin Amru bin Al Ash.
Dia dikenal orang yang amat slih, sampai-sampai dia berpuasa setiap hari dan membaca Alquran hingga khatam setiap malam. Kisah ini pun terdengar oleh Rasulullah ﷺ.
Rasulullah pun bertanya mengenai kebenaran kisah ini. Rasulullah pun menganjurkan cukup tiga hari berpuasa setiap bulan.
Namun karena Abdullah mengaku memiliki kemampuan lebih dan ingin kebaikan lebih banyak, maka Rasulullah ﷺ menganjurkan untuk berpuasa seperti Nabi Dawud.
Sebagaimana hadits Bukhari, Sesungguhnya istrimu punya hak, tamu-tamumu punya hak dan tubuhmu punya hak.
Puasalah seperti puasanya Nabi Dawud. Dia adalah hamba yang sangat rajin beribadah.' Aku bertanya, 'Wahai Nabi Allah ﷻ, bagaimana puasa Dawud itu?' Beliau menjawab, 'Dawud berpuasa satu hari dan tidak puasa satu hari.
Tentang membaca Alquran, Rasulullah ﷺ pun menganjurkan untuk khatam satu bulan sekali. Namun lagi-lagi Abdullah berharap dapat lebih sering mengkhatamkan Alquran.
Rasulullah pun menganjurkan mengkhatamkan Alquran setiap dua puluh hari sekali dan jika masih sanggup dia dapat mengkhatamkannya setiap tujuh hari sekali dan dilarang untuk menambahnya.
"Karena sesungguhnya istrimu punya hak atas engkau dan tubuhmu punya hak atas engkau.' Aku tetap mendesak untuk berbuat lebih, namun aku ditekan. Beliau berkata kepadaku, 'Sesungguhnya engkau tidak tahu, bisa jadi umurmu akan panjang (dan engkau menjadi tua).' Kemudian aku melaksanakan petunjuk Nabi kepadaku. Ketika aku sudah tua dan lemah, aku merasa beruntung menerima kemurahan (rukhshah) Nabi Allah." (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah menganjurkan ibadah dengan bersikap moderat (tidak lebih dan tidak kurang) dalam tuntutan agama. Segala sesuatu memiliki hak, istri memiliki hak, tamu memiliki hak, jiwa memiliki hak dan Tuhanmu memiliki hak atas engkau.
Oleh karena itu, tunaikanlah hak masing-masing. Sebagaimana kita mendapatkan pahala dengan melaksanakan sholat, kita juga mendapatkan pahala dengan menghormati tamu dan mendapatkan pahala dengan menggauli pasangan kita.