Kopassus Vs Brimob di Timika Dipicu Masalah Harga Rokok
Anggota Kopassus komplain harga rokok yang dujual anggota Satgas Brimob.
REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Bentrokan yang terjadi antara Korps Brimob Polri dan Kopassus TNI di Tembagapura, Timika, Papua, dipicu oleh harga rokok. Anggota Satgas Amole dari Brimob Polri, yang berdagang rokok, mendapatkan komplain harga kemahalan dari Satgas Neggala dari Angkatan Darat (AD) yang membeli.
Komplain harga tersebut berujung pada cekcok antara penjual dan pembeli, lalu diwarnai aksi saling jotos dan berujung pada penyerangan. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal menerangkan, bentrokan tersebut terjadi di Mess Hall, Ridge Camp Pos RCTU Mile-72.
Kamal menerangkan, bentrokan itu berawal dari enam personel Satgas Amole Kompi-3 dari Satuan Brimob Polri yang berada di lokasi kejadian berjualan rokok. “Selanjutnya, tiba-tiba datang personel Nenggala dari Kopassus sebanyak 20 orang,” ujar Kamal dalam siaran pers resmi yang diterima di Jakarta, Senin (29/11).
Para personel baret merah dari AD itu membeli rokok yang dijual oleh anggota Brimob. Namun, harga rokok yang ditawarkan anggota kepolisian membuat para satuan militer naik pitam karena kemahalan.
“Personel Nenggala itu komplain harga rokok yang dijual personel Amole,” kata Kamal.
Komplain kemahalan itu, kata Kamal, berujung pada pemukulan. “Karena komplain, personel Satgas Nenggala ada yang memukul personel Amole dengan menggunakan benda tumpul dan tajam,” ujar Kamal.
Atas aksi pemukulan tersebut, enam anggota Satgas Amole mengalami luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit. Kamal mengatakan, personel Satgas Amole dari Brimob lainnya kemudian melakukan perlawanan dan mendatangi para personel Satgas Nenggala Kopassus.
Kesalahpahaman tersebut berujung pada bentrokan antarsatuan keamanan. Korps Brimob menyerang Kopassus yang berada di tempat kejadian perkelahian. Akan tetapi, Kamal menyebut, bentrokan tersebut cepat diredam.
Dia mengatakan, para anggota dari lokasi kejadian cepat melaporkan insiden tersebut kepada komandan satuan masing-masing. “Sampai di level pimpinan, masalah sudah diselesaikan semua. Jadi, itu cuma salah paham dan sudah diselesaikan dengan cara damai,” ujar Kamal.
Menurut Kamal, bentrokan tersebut tak membawa situasi yang signifikan. “Sudah aman. Di Tembagapura, Timika, Mimika, dalam situasi yang aman,” ujar Kamal.
Sementara, masing-masing komandan satuan akan mengevaluasi para personelnya. Komunikasi antarkomandan satuan pun masih terus dilakukan untuk memastikan tak ada lagi peristiwa serupa.
“Tindakan disiplin harus tetap dilakukan. Mereka yang terlibat perkelahian akan tetap dikenakan sanksi disiplin,” kata Kamal.
Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Mathius D Fakhiri juga memastikan insiden salah paham dan baku hantam antara satuan Brimob versus Kopassus sudah diselesaikan di level pemimpin masing-masing satuan. Mathius menolak menyebut insiden tersebut sebagai bentrok antara kedua satuan elite Polri dan TNI.
“Tidak. Tidak ada bentrok. Itu cuma salah paham. Dan itu sudah diselesaikan. Sudah tidak ada masalah,” kata Mathius saat dihubungi Republika.co.id dari Jakarta, Senin (29/11).
Mathius mengatakan, dua satuan yang sebelumnya saling salah paham itu sama-sama bertugas sebagai personel Operasi Nemangkawi. Dari Kopassus, kata dia, adalah satuan tugas (Satgas) Neggala. Sedangkan dari Brimob adalah Satgas Amole. “Mereka itu sama-sama Operasi Nemangkawi. Sama itu,” kata Mathius.
Karena mereka dalam operasi yang sama, kata Mathius, penyelesaian selisih paham lebih gampang diselesaikan dan mudah diantisipasi. Para personel Operasi Nemangkawi berada di bawah kendali Mathius.
“Mereka itu (Operasi Nemangkawi) di bawah Kapolda. Sudah diselesaikan langsung,” ujar dia.
Mathius memastikan tak akan ada lagi keributan antara personel keamanan, baik dari Polri maupun TNI di Papua. “Sudah aman-aman saja,” ujar dia.