Siapakah Saba dalam Perspektif Islam?
Saba adalah orang yang pertama-tama ditawan di kalangan bangsa Arab.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mayoritas manusia pernah mendengar nama Saba dalam literatur sejarah klasik. Namun demikian sejatinya, siapakah Saba itu? Apakah Saba adalah seorang laki-laki atau justru perempuan?
Dalam kitab Mukhtashar Al-Bidayah wa An-Nihayah dijelaskan bahwa para ahli nasab berkata, “Namanya adalah Saba Abdu Syams bin Yasjab bin Ya’rab bin Qahthan,”. Mereka berkata, “Dia adalah orang yang pertama-tama ditawan di kalangan bangsa Arab. Oleh karena itu, dinamakan Saba”.
Dikatakan, “Dialah orang yang pertama-tama memakai mahkota,”. Kemudian sebagian dari mereka berkata, “Dia seorang Muslim dan memiliki sebuah syair yang berisi kabar gembira tentang keberadaan Rasul”.
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Wa’lah, dia berkata, “Aku pernah mendengar Abdullah bin Abbas berkata, ‘Seseorang bertanya kepada Nabi SAW tentang siapa sebenarnya Saba? Nama orang perempuan atau laki-laki?’.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Dia adalah seorang laki-laki 10 bersaudara. Enam bersaudara dari mereka tinggal di Yaman, sedangkan empat bersaudara dari mereka tinggal di Syam. Mereka yang tinggal di Yaman adalah anggota kabilah Madzjah, Kindah, Uzd, Al-Asy’ariyun, Anmar, dan Himyar. Adapun yang tinggal di Syam adalah anggota kabilah Lakhm, Jadzam, Amilah, dan Ghassan”.
Orang-orang Arab menamakan semua kerajaan yang ada di Yaman, khususnya Asy-Syihr dan Hadhramaut, dengan nama Tubba. Sebagaimana mereka menamakan raja-raja yang ada di Syam dengan nama Kaisar. Menamakan raja Mesir dengan nama Firaun, menamakan raja Habasyah dengan nama Najasyi, dan menamakan raja India dengan nama Bathlimus.
Tidak sedikit ulama salaf dan khalaf yang menyebutkan bendungan Makrib adalah karya bangsa Saba. Berawal dengan adanya air yang mengalir di antara dua gedung, maka mereka membuat bendungan di antara keduanya dengan bangunan (bendungan) yang sangat kukuh sehingga air meninggi sampai puncak-puncak kedua gunung. Kemudian mereka membuat kebun-kebun di atasnya.
Dikatakan, “Orang yang mula-mula membangunnya adalah Saba bin Ya’rib. Terhimpun di dalamnya sejumlah tujuh lembah, semua dengan air mengalir ke bendungan. Ia buat 30 buah pintu air yang darinya mengalir air-air bendungan dengan luas satu farsakh kali satu farsakh,”.
Qatadah menyebutkan para wanita melewati gunung itu dengan bakul di atas kepalanya. Kemudian bakul mereka penuh dengan buah-buahan matang yang berjatuhan ke dalamnya karena sangat banyaknya. Mereka menyebutkan bahwa tidak pernah terdapat berbagai binatang yang menyakitkan di negerinya karena hawanya yang sangat menyehatkan dan rumah-rumah mereka yang sangat bagus.
Mereka kemudian menyembah selain Allah, tidak mensyukuri nikmat, meminta kepada Allah agar dijauhkan jarak perjalanan mereka, meminta agar kebaikan diganti dengan keburukan. Yaitu sebagaimana yang diminta oleh Bani Israil untuk mengganti burung Manna dan Salwa dengan sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah. Maka, sejak itulah nikmat besar yang ada pada mereka dicabut dengan cara menghancurkan negerinya dan memecah belah bangsanya.
Allahlah yang menyebarkan tikus di bagian bawah bendungan. Ketika mereka mengetahui apa yang terjadi, mereka pun menyebarkan kucing-kucing.
Akan tetapi ternyata tidak memberikan manfaat yang berarti karena Allah telah menetapkan keputusan-Nya. Bangsa Saba menjadi terpecah-belah, sekelompok dari mereka berpindah ke Hijaz, yaitu Khazaah yang tinggal di Kota Makkah. Sedangkan sebagian lain tinggal di Madinah.