Muncul Varian Omicron, WHO: Varian Delta Masih Mendominasi
Dunia kini sedang waspada dengan munculnya strain baru Omicron.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia saat ini sedang dalam kewaspadaan tinggi menyusul munculnya strain SARS-CoV-2 baru yang dikenal sebagai varian Omicron. Meski begitu, hingga saat ini varian Delta masih bertanggung jawab atas mayoritas kasus Covid-19 di dunia.
"Lebih dari 99 persen kasus di dunia adalah karena varian Delta, dan lebih banyak kematian terjadi pada yang tidak vaksinasi," jelas Chief Scientist Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan, seperti dilansir CNBC, Selasa (30/11).
Berdasarkan hal ini, Swaminathan mengatakan varian Delta masih akan menjadi prioritas. Namun, di saat yang bersamaan, WHO juga akan terus mencari tahu lebih banyak mengenai varian Omicron.
Varian Omicron atau B.1.1.529 telah ditetapkan sebagai variant of concern oleh WHO. Hal ini menunjukkan bahwa varian Omicron memiliki kemungkinan lebih menular, lebih ganas, atau lebih lihai dalam menghindari pengobatan dan vaksin.
Profil mutasi varian Omicron menunjukkan indikasi kuat bahwa varian ini bisa lebih menular dan mampu menghindari proteksi dari sistem imun. Sebagai contoh, menghindari antibodi monoklonal atau menghindari serum konvalesen setelah seseorang terinfeksi.
"Dan bahkan mungkin bisa melawan beberapa antibodi yang diinduksi vaksin," ujar ahli penyakit menular Dr Anthony Fauci.
Tentu kemungkinan-kemungkinan ini belum tentu akan terjadi. Akan tetapi, Dr Fauci menilai kemungkinan-kemungkinan ini merupakan indikasi kuat yang perlu diwaspadai agar berbagai pihak bisa lebih siap untuk menghadapinya.
Afrika Selatan merupakan negara pertama yang melaporkan keberadaan varian omicron ke WHO pada 24 November 2021. Akan tetapi, spesimen pertama yang diketahui memuat varian Omicron didapatkan pada 9 November 2021 dari Botswana.
Varian Omicron saat ini sudah terdeteksi di banyak negara selain Botswana dan Afrika Selatan. Beberapa negara tersebut adalah Israel, Belgia, Jerman, italia, Inggirs, Hong Kong, Belanda, Denmark, dan Australia.
Kemunculan varian baru ini turut memunculkan pertanyaan terkait dampaknya pada efektivitas vaksin Covid-19 yang sudah ada. Oleh karena itu, saat itu para pembuat vaksin Covid-19 seperti Pfizer, BioNTech, Moderna, Johnson & Johnson, dan AstraZeneca sedang melakukan investigasi dan pengetesan terhadap varian Omicron.
Sebelum ada hasil penelitian terbaru, Swaminathan mengatakan vaksin Covid-19 bisa dianggap dapat memberikan beberapa proteksi, bila bukan proteksi penuh, dalam melawan varian baru. Swaminathan juga mendorong agar cakupan vaksinasi bisa semakin diperluas.
Baca juga : Alasan WHO Beri Nama Omicron untuk Varian Baru Covid-19
"Merupakan hal penting bagi setiap orang di luar sana yang masih belum vaksinasi, atau yang baru menerima satu dosis vaksin, untuk mendapatkan vaksinasi lengkap," jelas Swaminathan.
Informasi yang dikumpulkan oleh Our World in Data menunjukkan bahwa sekitar 43 persen populasi dunia sudah divaksinasi lengkap melawan Covid-19. Akan tetapi, jumlah orang di negara berpendapatan rendah yang sudah menerima minimal satu dosis vaksin Covid-19 masih sangat rendah.