Jelang Hari AIDS, UNAIDS Tekankan Pentingnya Respons Global

Pada 2020, diestimasikan ada 37,7 juta orang hidup dengan HIV di dunia

Republika/Prayogi
Warga membawa poster saat aksi peringatan hari AIDS Sedunia di Jakarta. (ilustrasi)
Red: Budi Raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Gabungan PBB untuk HIV/AIDS (UNAIDS) mengeluarkan peringatan. Jika para pemimpin gagal mengatasi ketidaksetaraan dan langkah-langkah transformatif yang diperlukan untuk mengakhiri AIDS, dunia akan terus terjebak dalam krisis Covid-19 dan tetap tidak siap menghadapi pandemi yang akan datang. 


"Masih ada jutaan orang di dunia yang tertinggal dalam respons HIV karena ketimpangan sosial,” ungkap UNAIDS Indonesia Country Director, Krittayawan Boonto. 

“Hal ini semakin diperparah dengan adanya pandemi Covid-19. Kegagalan untuk meningkatkan capaian baik layanan pencegahan, tes dan pengobatan HIV akan mengakibatkan 7,7 juta kematian selama dekade ini,” ujar Krittayawan menambahkan. 

Ungkapan peringatan itu muncul dalam laporan terbaru yang diluncurkan UNAIDS dalam rangka peringatan Hari AIDS Sedunia 1 Desember. Tahun ini mengambil tema “Unequal, unprepared, under threat: why bold action against inequalities is needed to end AIDS, stop Covid-19 and prepare for future pandemics". 

Peluncuran laporan ini dilakukan UNAIDS Indonesia bersama Kementerian Kesehatan dan Jaringan Indonesia Positif. Beberapa negara, termasuk negara dengan angka HIV tertinggi, telah berhasil membuat kemajuan yang luar biasa melawan AIDS. Namun capaian itu tidak merata, sehingga secara global masih terjadi 1,5 juta infeksi HIV baru pada 2020, dimana 31 persen terjadi di kalangan orang muda berusia 15-24 tahun. 

Pada 2020, diestimasikan ada 37,7 juta orang hidup dengan HIV di dunia, 15 persen diantaranya atau 5,8 juta orang tinggal di kawasan Asia dan Pasifik. Tahun ini menandai 40 tahun pertamakalinya kasus AIDS dilaporkan. Sejak itu, data UNAIDS menunjukkan ada kemajuan besar, terutama pada perluasan akses ke pengobatan. Pada Juni 2021, sebanyak 28,2 juta orang telah mengakses pengobatan HIV, naik dari 7,8 juta pada 2010. 

Sayangnya cakupan pengobatan HIV di Indonesia belum mencapai target. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan saat ini diperkirakan ODHIV di Indonesia mencapai 543.100 orang. Sampai September 2021 sebanyak 378.446 diantaranya telah ditemukan. 

Namun, diantara ODHIV itu baru 149.833 yang mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) dan 48.588 ODHIV mengalami supresi viral load. "Angka infeksi HIV baru di Indonesia mulai mengalami penurunan, namun masih di level yang cukup tinggi yakni 27.580 infeksi baru pada tahun 2020," ujarnya.

Menurut Nadia, di tengah pandemi Covid-19 saat ini, isu HIV AIDS tidak boleh luput dari perhatian sehingga capaian Indonesia akan lebih baik lagi. Covid-19 melemahkan respons AIDS di banyak tempat. Jumlah tes HIV menurun secara merata. Sedikit orang yang hidup dengan HIV mulai melakukan pengobatan pada 2020 di 40 dari 50 negara yang melapor ke UNAIDS. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler