5 Mitos Seputar HIV-AIDS

Ada sejumlah mitos yang berkembang soal HIV-AIDS, termasuk soal cara penularannya.

Antara/Destyan Sujarwoko
Rapid test HIV/AIDS. Mitos seputar HIV-AIDS mencakup penularan hingga pengobatannya.
Rep: Rizky Suryarandika Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanggal 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia di seluruh dunia. Peringatan tersebut diakui oleh PBB dan bertujuan untuk menyebarkan kesadaran tentang kondisi AIDS.

HIV telah muncul sebagai epidemi selama bertahun-tahun dan menurut UNAIDS, 7,7 juta jiwa berisiko meninggal akibat AIDS. Berikut ini adalah mitos-mitos mengenai penyakit tersebut, dilansir Times Now News pada Kamis (2/12).

Mitos 1: Orang heteroseksual tidak rentan terhadap HIV
Fakta: Orientasi seksual seseorang tidak dapat menentukan kerentanan mereka terhadap HIV/AIDS. Hubungan seksual dengan orang HIV-positif tanpa memandang jenis kelamin mereka dapat menyebabkan penularan penyakit. Oleh karena itu, mempraktikkan seks aman direkomendasikan oleh para ahli di seluruh dunia.

Mitos 2: HIV AIDS dapat menyebar melalui sentuhan
Fakta: Ini adalah salah satu mitos paling umum yang menyebabkan meluasnya perlakuan buruk terhadap orang yang menderita HIV. Penting untuk diketahui bahwa HIV tidak menyebar melalui sentuhan. 

Baca Juga


Penyakit ini hanya dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui pertukaran cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu. Cara penularan lainnya termasuk mengandung, melakukan hubungan seksual, dan berbagi jarum suntik.

Mitos 3: HIV menunjukkan gejala yang jelas
Fakta: HIV dapat bertahan dan berkembang di dalam tubuh tanpa menunjukkan gejala apa pun selama bertahun-tahun. Ini membuatnya berbahaya dan sulit untuk diidentifikasi dan diobati pada tahap awal. Oleh karena itu, para ahli merekomendasikan orang yang berusia di atas 18 tahun untuk melakukan tes.

Mitos 4: Seseorang yang mengidap HIV juga akan terkena AIDS
Fakta: Istilah HIV dan AIDS sering digunakan secara bersamaan sehingga menimbulkan kesalahpahaman umum tentangnya. Namun, perbedaan antara HIV dan AIDS sama menonjolnya dengan perbedaan antara demensia dan penyakit Alzheimer.

AIDS adalah stadium lanjut dari HIV. Artinya, seseorang dengan HIV belum tentu menderita AIDS.

Mitos 5: Menjadi HIV positif menyiratkan akhir dari segalanya
Fakta: Karena tidak tersedianya obat, hasil positif HIV memang dapat menimbulkan ketakutan yang luar biasa pada orang-orang. Namun, kemajuan yang dibuat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi telah memungkinkan pengobatan HIV.

Meskipun mungkin tidak menyembuhkan penyakit, obat anti-retroviral (ARV) dapat bekerja untuk menekan replikasi virus. Obat dapat memperlambat kemajuan penyakit dan membantu memperpanjang usia harapan hidup orang dengan HIV.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler