Varian Omicron Memicu Kekhawatiran Baru

Varian Omicron muncul di saat banyak negara mulai bangkit dari keterpurukan.

AP/Ariel Schalit
Varian Omicron muncul di saat banyak negara mulai bangkit dari keterpurukan.
Rep: Farah Noersativa Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Munculnya varian Omicron membuat beberapa negara kembali memperketat pembatasan. Hal ini tentu saja memicu kekhawatiran baru terkait bangkitnya ekonomi global.

Baca Juga


Agensi Moody's Corp menyebutkan bahwa varian Omicron dianggap menyebabkan ketidakpastian baru bagi dunia untuk bangkit. Sebab, varian ini muncul ketika banyak negara bergerak ke keadaan normal pascapandemi.

"Penemuan Omicron menggarisbawahi pandangan kami bahwa pandemi COVID-19 tetap menjadi ancaman kesehatan, serta sumber utama ketidakpastian ekonomi global dan pendorong volatilitas pasar keuangan," tulis Moody's dalam laporan, dilansir laman CNBC, Kamis (2/12).

Pandemi Covid-19 yang dimulai awal tahun lalu, telah menghasilkan lebih dari 263 juta infeksi yang dilaporkan secara global. Penyakit ini juga mengakibatkan lebih dari 5,2 juta kematian yang diketahui, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins, Rabu (1/12).

Menurut data Johns Hopkins, ada lebih dari delapan miliar dosis vaksin Covid telah diberikan. Akan tetapi, menurut statistik dari repositori online Our World in Data, banyak negara berpenghasilan rendah, terutama di Afrika, baru memvaksinasi kurang dari 10 persen populasinya.

Varian Omicron dari virus corona telah terdeteksi di puluhan negara secara global, mulai AS, Jerman, Arab Saudi, sampai Australia.  Organisasi Kesehatan Dunia telah memberi label omicron, yang pertama kali terdeteksi oleh para ilmuwan Afrika Selatan, sebagai “varian yang menjadi perhatian". 

Hal itu bukan tanpa sebab. Omicron merupakan hasil dari sejumlah besar mutasi yang dapat membuat varian tersebut lebih menular.

Meski demikian, masih banyak yang belum diketahui tentang varian yang awalnya disebut sebagai B.1.1.529.  Para ilmuwan sedang mempelajari apakah itu lebih menular, menyebabkan penyakit dan kematian yang lebih parah, serta apakah tes, terapi dan vaksin efektif untuk melawannya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler