IMF Bakal Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Dunia karena Omicron
Oktober lalu, IMF memperkirakan ekonomi global akan tumbuh 4,9 persen tahun depan.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Varian Covid-19, Omicron mengancam rebound ekonomi global pada 2022. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan IMF akan mengurangi ekspektasinya untuk rebound ekonomi global karena jumlah kasus Covid-19 yang disebabkan oleh jenis omicron baru meningkat.
"Kami kemungkinan akan melihat beberapa penurunan proyeksi Oktober kami untuk pertumbuhan global," kata Georgieva pada konferensi yang diselenggarakan oleh Reuters, Jumat (3/12).
Menurutnya, strain baru virus Corona tersebut dapat merusak optimisme. Pada Oktober lalu, IMF memperkirakan ekonomi global akan tumbuh 4,9 persen tahun depan. Untuk tahun 2021, IMF telah memangkas prospeknya menjadi 5,9 persen.
Masalah yang mendahului munculnya Omicron saat ini pun sudah mengakar. Termasuk perbedaan yang semakin dalam pemulihan ekonomi beberapa negara. Sejumlah negara pulih lebih cepat dan yang lainnya tertinggal.
"Sementara itu, masalah baru juga mulai menguat bagi pembuat kebijakan khususnya, inflasi," katanya.
Georgieva mengulangi kekhawatiran yang dia kemukakan pada hari Kamis tentang kemampuan negara-negara berpenghasilan rendah untuk membayar utang. IMF encatat bahwa sekitar 60 persen dari negara-negara termiskin di dunia berisiko tinggi atau sudah dalam kesulitan utang.
Georgieva mengatakan tahun 2022 akan menjadi tahun yang sangat mendesak dalam hal yang berurusan dengan utang berkat lonjakan pinjaman selama pandemi. Sementara saat ini suku bunga relatif rendah, kemungkinan hal itu tidak akan terjadi hingga 2022.
Kelompok G20 pada Mei tahun lalu memulai inisiatif penangguhan pembayaran utang untuk memberikan bantuan bagi negara-negara termiskin di dunia di tengah pandemi. Dengan berakhirnya DSSI pada akhir tahun ini dan suku bunga siap untuk naik, Georgieva mengatakan negara-negara G20 perlu mempertimbangkan alternatif.
Seperti kerangka kerja bersama yang merupakan sebuah rencana yang meniru aturan Klub kreditur Paris untuk mengatur ulang pinjaman. Kerangka kerja bersama yang dimaksudkan untuk membantu negara-negara menangani utang mereka telah terganggu oleh penundaan dan kurangnya minat dari negara-negara debitur sejak dimulai pada November 2020.
Hanya tiga negara yakni Ethiopia, Chad dan Zambia yang telah memintanya. IMF telah mencoba mengatasi disinsentif untuk bergabung dengan kerangka kerja bersama dengan mengusulkan penghentian pembayaran utang saat kerangka kerja diminta.
Georgieva mengatakan dia telah terlibat dengan pemberi pinjaman sektor swasta, bersama dengan China yang merupakan kreditur besar. “Pesan saya kepada semua orang adalah jangan menunggu sampai terlambat, itu akan lebih mahal bagi Anda,” kata Georgieva.