Ini Sikap Negara-Negara Islam dalam Krisis Afghanistan

Negara-negara Islam Akan Bantu Krisis Afghanistan.

AP/Petros Giannakouris
Ini Sikap Negara-Negara Islam dalam Krisis Afghanistan. Foto: Seorang anak laki-laki tertawa saat menjual rempah-rempah di pasar jalanan, di Herat, Afghanistan, Kamis, 25 November 2021
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,ISLAMABAD--Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mahmood Hussain Qureshi menyerukan negara-negara Islam untuk berupaya menghentikan krisis yang dialami Afghanistan. Pernyataan ini keluar saat ia mengumumkan pertemuan luar biasa Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di akhir bulan ini.

Baca Juga


Pertemuan para Menteri Luar Negeri dari negara-negara Islam akan diadakan di Islamabad, 19 Desember mendatang. Pertemuan itu juga akan dihadiri oleh delegasi dari Uni Eropa dan kelompok yang disebut P5 dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia dan China. 

"Meninggalkan Afghanistan pada tahap ini akan menjadi kesalahan bersejarah," kata Shah Mahmood dilansir dari The New Arab, Sabtu (4/12).

Saat konferensi pers di Islamabad, ia memperingatkan bahwa separuh negara itu menghadapi risiko kelaparan yang dapat memicu kekacauan lebih lanjut. "Ketidakstabilan bisa membuka jalan bagi konflik baru, bisa memicu eksodus pengungsi," ujarnya. 

Dia mengingatkan bahwa krisis kemanusiaan akan terus berkembang, terutama sejak bantuan internasional untuk Afghanistan tiba-tiba dipotong setelah pengambilalihan Taliban pada 15 Agustus lalu. Mahmood khawatir bencananya akan semakin tidak terkendali.

Seperti diketahui, bantuan Afghanistan telah terhalang oleh sanksi karena berurusan dengan Taliban. Keputusan AS untuk membekukan miliaran dolar cadangan bank sentral yang disimpan di luar Afghanistan hingga runtuhnya banyak sistem perbankan negara itu telah menjadi penambah penderitaan. 

Pakistan baru-baru ini setuju untuk mengizinkan 50.000 ton gandum transit melalui wilayahnya dari India untuk membantu Afghanistan. Meski begitu, badan-badan bantuan memberi tahu bahwa masyarakat membutuhkan lebih banyak. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler