Tuai Kritik, Justin Bieber Tetap Tampil di Arab Saudi
Justin Bieber tak mengikuti desakan untuk membatalkan penampilannya di Arab Saudi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyanyi Justin Bieber akhirnya memutuskan untuk tetap tampil di Arab Saudi. Namun, pelantun "Peaches" itu memilih untuk tetap bungkam di media sosial atas penampilannya.
Banyak yang mendesak Bieber untuk membatalkan pertunjukannya demi berempati dengan "penderitaan" rakyat Saudi. Pada Ahad (5/12), penyanyi berusia 27 tahun itu tampil di etape Grand Prix F1, yang berlangsung di Jeddah Corniche Circuit.
Dalam video yang muncul secara daring, Bieber tampak sangat bersemangat dengan pertunjukan itu. Untuk acara tersebut, dia menyanyikan beberapa lagu hitnya, antara lain "Deserve You", "Somebody”, dan "Hold On".
Justin tidak terbang ke Saudi sendirian. Pelantun "Where Are U Now" yang mengenakan kaus merah Balenciaga dan celana senada itu didampingi sang istri, Hailey Baldwin. Model berusia 25 tahun itu mengenakan masker dan topi, tampaknya mencoba menyamar.
Sebelum acaranya, Bieber didesak untuk membatalkannya. Pada 21 November, wajahnya terpampang dalam iklan di papan reklame drive-by yang terlihat di sekitar Microsoft Theater di Los Angeles, California, tempat acara 2021 American Music Awards (AMAs) 2021.
Bieber disandingkan dengan foto Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman. Iklan itu juga mengumumkan penyanyi "Cold Water" itu untuk mengakhiri dugaan "asosiasi".
Satu iklan berbunyi, "Bieber, bos Saudi Anda membunuh jurnalis. Lakukan hal yang benar, batalkan!"
Sementara itu, yang lain menyatakan, "Belum terlambat sekarang untuk meminta maaf. Jangan bernyanyi untuk diktator Arab Saudi!" Sebuah pesan terpisah terus menyuarakan dengan mengatakan, "Justin, jangan menjadi pion bagi pembunuh Saudi."
Seruan publik datang setelah ketua Yayasan Hak Asasi Manusia Garry Kasparov dan CEO Thor Halvorssen mengeluarkan surat terbuka kepada Bieber. Mereka memohon penyanyi "Yummy" itu membatalkan pertunjukannya sebagai simbol solidaritas dengan penderitaan berkelanjutan rakyat Saudi.
Dalam pesannya, mereka juga mengutip perlakuan Saudi terhadap komunitas dan perempuan LGBTQ+. Mereka menuding Kerajaan Arab Saudi melakukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu.
"Kami menulis untuk segera memberi tahu Anda tentang krisis hak asasi manusia di Arab Saudi, untuk menjelaskan peran yang dimainkan rezim MBS (Putra Mahkota Mohammed bin Salman) dalam melanggar hak puluhan juta orang Saudi," tulis Kasparov dan Halvorssen, dilansir Ace Shwbiz, Senin (6/12).
Kasparov dan Halvorssen meminta pelantun "Stay" itu untuk mempertimbangkan implikasi yang tidak menguntungkan dari keterlibatan dengan "kediktatoran" MBS. Keduanya meyakini tindakan Bieber akan berdampak besar.
"Meminta dengan hormat, mengingat status Anda sebagai insan global, Anda mengambil kesempatan ini untuk secara positif memengaruhi kebijakan hak asasi manusia di Arab Saudi dengan membatalkan penampilan Anda," tulis Kasparov dan Halvorssen.
"Rezim Saudi dengan senang hati membayar sejumlah besar kepada selebritas internasional untuk memberi Kerajaan lapisan kehormatan," tulis Kasparov dan Halvorssen.