Manfaat Uzlah Bagi Seorang Murid

Uzlah merupakan salah satu metode pendekatan kepada Allah SWT.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Manfaat Uzlah Bagi Seorang Murid
Rep: Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Secara harfiah uzlah kerap diartikan mengasingkan atau menarik diri dari keramaian. Dalam sejarah Islam, uzlah telah dipratikkan oleh para nabi terdahulu, seperti Nabi Ibrahim maupun Nabi Musa. Bahkan, sebelum mendapatkan wahyu, Nabi Muhammad SAW juga melakukan uzlah di Gua Hira.

Baca Juga


Uzlah juga merupakan salah satu metode pendekatan kepada Allah SWT yang dilakukan oleh para sufi. Uzlah ini merupakan suatu hal yang sangat penting bagi mereka yang ingin mendapatkan kedudukan-kedudukan sempurna dalam agama yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Bahkan, uzlah juga sangat bermanfaat bagi seorang murid.

Dalam kitabnya yang berjudul Al-Hikam, Ibnu Atha’illah as-Sakandari mengatakan,

مَا نَفَعَ الْقَلْبَ شَيْئٌ مِثْلَ عُزْلَةٍ يَدْخُلُ بِهَا مِيْدَانُ فِكْرَةٍ.

“Tiada yang lebih berguna bagi hati selain uzlah. Dengan uzlah, hati memasuki lapangan tafakkur.”

Dalam syarahnya di kitab al-Hikam terbitan TuRos, Syekh Abdullah Asy-Syarqawi menjelaskan bahwa uzlah atau menyendiri merupakan cara terbaik bagi seorang murid untuk membersihkan hati dari segala kelalaian dan mendekatkan diri kepada Tuhannya.

Sedangkan Tafakkur itu umpama sebuah lapangan. Di sana, hati berputur-putar seperti seekor kuda yang berpacu di sebuah arena pacuan.

 

 

Bila seorang murid terlalu banyak bergaul dengan manusia, menurut Syekh Abdullah, pandangan dan hatinya akan tertuju pada keduniaan sehingga yang kemudian tampak jelas di hadapannya hanyalah hal-hal yang bersifat materi dan fana.

“Tidak demikian jika ia beruzlah menjauhi pergaulan dengan manusia, hatinya akan disibukkan dengan hal-hal ghaib,” jelas Syekh Abdullah.

Dalam sebuah khabar disebutkan, “Bertafakkur sesaat lebih baik daripada ibadah 70 tahun.”

Syekh Abdullah menceritakan, ada seseorang yang bertanya kepada Ummu ad-Darda, “Amalan apa yang paling diutamakan Abu Darda?”

Ummu ad-Darda menjawab: “Tafakkur”. Dengan bertafakkur, seseorang bisa mendalami hakikat, mengagungkan Allah, dan mengutamakan segala hal yang diridhai-Nya. Dengan bertafakkur ia bisa menganggap hina semua hal yang dibenci Allah sehingga terdorong untuk meninggalkannya.

 

Dengan bertafakkur, seseorang juga bisa mengetahui keburukan-keburukan jiwa yang terselubung, kejahatan musuh, dan tipuan dunia. Ia juga bisa mengenali segala muslihat sehingga bisa dengan mudah menghindarinya dan selamat dari bahaya-bahaya yang ditimbulkannya.

Dengan menyendiri dan merenung, seorang murid melatih diri untuk berkhalwat, salah satu dari empat rukun tarekat (tiga rukun lainnya adalah bersikap diam, berlapar-lapar, dan bangun tengah malam).

“Ini bagi murid yang menempuh jalan tarekat sendirian,” jelas Syekh Abdullah.

Adapun bagi murid yang berada di bawah bimbingan guru, tentu ia harus banyak bergaul dengan gurunya, juga dengan saudara-saudara yang turut membantunya dalam menempuh jalan tarekat. Jika ia telah menjadi arif, tak masalah baginya untuk bergaul dengan manusia mana pun karena saat itu di matanya hanya Allah yang terlihat.

“Perlu dicamkan bahwa yang menjadi tujuan utama adalah tafakkur, sedangkan uzlah (menyendiri) hanya sebagai media atau faktor pendukung,” kata Syekh Abdullah Asy-Syarqawi, yang merupakan Grand Syekh Universitas Al-Azhar Mesir dan Mufti Mazhab Syafi’i.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler