Pandemi Buat Tekanan Darah Naik? Anda Nggak Sendiri!
Banyak orang yang tekanan darahnya naik sejak pandemi Covid-19 berlangsung.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal dan tak bisa bisa dipungkiri memicu stres. Tidak mengherankan jika banyak orang yang mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Para ilmuwan melaporkan, pengukuran tekanan darah dari hampir setengah juta orang dewasa di Amerika Serikat pada 2020 menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pengukuran ini menggambarkan tekanan darah terhadap dinding arteri.
Seiring waktu, peningkatan tekanan dapat merusak jantung, otak, pembuluh darah, ginjal dan mata. Fungsi seksual juga dapat terpengaruh.
"Ini adalah data yang sangat penting dan mengejutkan, bahkan perubahan kecil dalam tekanan darah dalam rata-rata populasi dapat berdampak besar pada jumlah kasus strok, kejadian gagal jantung, dan serangan jantung yang kemungkinan akan kita lihat dalam beberapa bulan mendatang," kata Presiden American Heart Association, Dr Donald M Lloyd-Jones, yang tidak terlibat dalam penelitian.
Studi yang diterbitkan di jurnal Circulation ini merupakan pengingat nyata bahwa bahkan di tengah pandemi yang telah merenggut lebih dari 785 ribu nyawa di Amerika Serikat, kondisi kesehatan kronis tetap harus dikelola. Hampir setengah dari semua orang dewasa Amerika memiliki hipertensi, suatu kondisi kronis yang disebut sebagai pembunuh diam-diam karena dapat memiliki konsekuensi yang mengancam jiwa.
Hipertensi hanya menghasilkan sedikit gejala. Kondisi ini juga dapat menempatkan individu pada risiko yang lebih besar untuk penyakit parah jika mereka terinfeksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
Studi yang diteliti oleh para ahli di Cleveland Clinic dan Quest Diagnostics ini memeriksa data dari ratusan ribu karyawan dan anggota keluarga dalam program kesehatan yang melacak tekanan darah dan indikator kesehatan lainnya, seperti berat badan. Para peserta dari 50 negara bagian AS dan District of Columbia, termasuk orang-orang yang memiliki tekanan darah tinggi dan tekanan darah normal pada awal penelitian.
"Kami mengamati bahwa orang-orang tidak banyak berolahraga selama pandemi, tidak mendapatkan perawatan rutin, minum (alkohol) lebih banyak, dan kurang tidur. Kami ingin tahu, apakah tekanan darah mereka berubah selama pandemi?" kata penulis utama studi, Dr Luke Laffin, seperti dilansir The Indian Express, Rabu (8/12)
Para peneliti menemukan bahwa pembacaan tekanan darah berubah sedikit dari 2019 hingga tiga bulan pertama tahun 2020. Angkanya meningkat secara signifikan dari April 2020 hingga Desember 2020 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019.
Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) dan terdiri dari dua angka. Angka pertama mengacu pada tekanan sistolik saat jantung berkontraksi, dan angka kedua mengacu pada tekanan diastolik saat jantung beristirahat di antara detak. Tekanan darah dikatakan normal 120/80 mmHg atau kurang.
Studi baru menemukan bahwa perubahan bulanan rata-rata dari April 2020 hingga Desember 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya adalah 1,10 mm Hg menjadi 2,50 mmHg untuk tekanan darah sistolik, dan 0,14 hingga 0,53 untuk tekanan darah diastolik. Peningkatan ini berlaku untuk pria dan wanita, dan di semua kelompok umur.
Peningkatan yang lebih besar pada tekanan darah sistolik dan diastolik terlihat pada wanita. Usia rata-rata peserta penelitian hanya di atas 45 tahun, dan sedikit lebih dari setengahnya adalah wanita.
Penyebab peningkatan tekanan darah secara keseluruhan tidak diketahui pasti. Namun, itu diprediksi karena peningkatan konsumsi alkohol, penurunan aktivitas fisik, peningkatan stres, penurunan kunjungan dokter dan kurang kepatuhan terhadap rejimen pengobatan.