Media Pemerintah China: Anggota Partai Komunis Wajib Punya Tiga Anak

Tingginya biaya dan lama waktu kerja menjadi halangan pasangan China punya anak.

AP/Mark Schiefelbein
Orang dewasa dan anak-anak mengayuh sepeda di taman umum di Beijing, Sabtu, 21 Agustus 2021. China sekarang akan mengizinkan pasangan untuk memiliki anak ketiga karena negara itu berusaha untuk menahan krisis demografis yang mengancam harapannya akan peningkatan kemakmuran dan global pengaruh.
Rep: Lintar Satria Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Laporan situs berita yang dikelola pemerintah China mengatakan anggota Partai Komunis wajib memiliki tiga orang anak untuk kebaikan negeri. Laporan itu muncul ketika Negeri Tirai Bambu berusaha menaikkan angka kelahiran.

Tajuk yang pertama kali dipublikasikan bulan lalu viral pada pekan ini dan memicu kritikan dari pengguna internet di China. Tajuk tersebut sudah dibagikan, dilihat dan dikomentari jutaan pengguna internet. Saat tajuk itu mendapat reaksi yang besar artikel aslinya sudah dihapus dari situs tersebut.

Artikel yang dipublikasikan media pemerintah yang bernama China Reports Network itu mengatakan, setiap anggota partai berkuasa yang sekitar 95 juta orang 'harus berbagi tanggung jawab dan kewajiban untuk pertumbuhan negara'. "Dan bertindak pada kebijakan tiga anak," kata artikel tersebut.

"Tidak boleh ada anggota partai yang dapat menggunakan alasan apa pun, untuk tidak menikah atau memiliki anak, atau bisa menggunakan alasan apa pun untuk memiliki satu atau dua anak," tambah artikel tersebut seperti dikutip the Guardian, Jumat (10/12).

Unggahan artikel itu sudah dihapus tapi screenshot atau tangkapan layarnya disebar di mana-mana. Tagar yang berkaitan dengan artikel itu juga telah dilihat jutaan kali.

China mengalami krisis demografi dengan populasi yang menua dan menurunnya angka kelahiran. Berdasarkan sensus tahun 2020 sekitar 18 persen populasi China berusia di atas 60 tahun.

Baca Juga


November lalu Biro Statistik Nasional China merilis data pada tahun 2020 terdapat 8,5 kelahiran di setiap 1.000 orang. Pertama kalinya angka kelahiran per 1.000 orang di bawah 10 dalam beberapa puluh tahun terakhir. Angka kelahiran per 1.000 orang pada tahun 1978 mencapai 18 kelahiran.

Partai Komunis China mengimplementasikan berbagai kebijakan untuk merespons krisis ini seperti melonggarkan batasan memiliki anak yang berlaku cukup lama, meringankan biaya yang berkaitan pada perawatan dan pendidikan anak, memberikan subsidi pada anak kedua dan ketiga dan memberlakukan wajib periode 'ketenangan' pada pasangan bercerai. Tapi kebijakan-kebijakan tersebut tidak memberi hasil yang berarti.

Kebijakan satu anak resmi berakhir pada 2016 dan diganti dengan kebijakan dua anak. Hingga akhirnya tahun ini ditambah menjadi tiga anak. Namun pasangan-pasangan muda China mengatakan tingginya biaya memiliki anak dan panjangnya waktu kerja masih menjadi halangan mereka memiliki anak.

"Meski kebijakan tiga anak sudah diterapkan, banyak orang yang tidak memiliki situasi, kemampuan, uang atau waktu untuk merawat anak terutama bagi perempuan, yang harus pulang lebih awal dan ini akan membuat semakin banyak perusahaan yang tidak ingin mempekerjakan perempuan," kata seorang pengguna media sosial Weibo.

"Bukankah masyarakat harus seimbang dengan pembangunan? Sejak kapan menjadi wajib memiliki tiga anak?" tambahnya.

Salah satu pengguna lainnya mengatakan sebagai warga biasa ia hanya memiliki waktu, energi dan uang untuk membesarkan satu orang anak. "Sebagian besar anggota partai juga warga biasa," katanya.

Beberapa memperingatkan pesan tajuk tersebut dapat merusak kepercayaan rakyat pada partai. "Anggota partai harus memimpin' selalu menjadi tradisi yang baik bagi kami, yang mana sudah teruji dalam sejarah," kata salah satu pengguna internet lainnya.

"Dampak dari opini publik yang buruk ini, seperti opini publik lainnya yang dapat dengan mudah berubah dari tuduhan menolak China Reports Network menjadi perlawanan pada kebijakan tiga anak dan mengguncang kepercayaan pada pemerintah," tambahnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler