Strategi Holding Aviata Bangkitkan Pariwisata

Strategi inisiatif holding akan mendorong skema operatorship pada setiap klaster.

ANTARA/Rahmad
Pengunjung berfoto di pantai wisata Jawa-Hagu (JAGU), Kota Lhokseumawe, Aceh, Selasa (7/12). Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero), Aviata, atau InJourney Dony Oskaria mengatakan pemulihan pariwisata nasional pada masa adaptasi kebiasaan baru merupakan salah satu fokus Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata.
Rep: Muhammad Nursyamsi/Rahayu Subekti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero), Aviata, atau InJourney Dony Oskaria mengatakan pemulihan pariwisata nasional pada masa adaptasi kebiasaan baru merupakan salah satu fokus Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata. Dony menyebut pemulihan percepatan pariwisata tersebut dilakukan dengan memanfaatkan momentum G20 dan MotoGP pada 2022 melalui empat strategi inisiatif subklaster InJourney yaitu klaster bandara, maskapai, manajemen destinasi, layanan kargo dan penerbangan lainnya. 

Baca Juga


"Kita berharap Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata akan menjadi core dalam mendorong kebangkitan pariwisata Indonesia," ujar Dony saat jumpa pers di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Senin (13/12).

Dony mengatakan strategi inisiatif holding akan mendorong skema operatorship pada setiap klaster, seperti yang telah dilakukan  hotel-hotel BUMN di bawah PT Hotel Indonesia Natour (Persero) atau HIN. Nantinya, ucap Dony, seluruh pelayanan dan fasilitas akan mengedepankan konsep Indonesia hospitality dan menawarkan keunikan yang dimiliki Indonesia untuk ditampilkan di bandara, maskapai, hotel, hingga destinasi wisata.

"Keseluruhannya akan kita kembangkan sebagai operatorship. Ada operator hotel, bandara, maskapai. Kita harapkan jadi yang terbaik sesuai dengan visi menjadi the best tourism in the region," ucap Dony.

Dony menyampaikan kehadiran holding akan mengintegrasikan seluruh produk yang dimiliki BUMN aviasi dan pariwisata agar menjadi satu-kesatuan. Dony menyebut holding ini menciptakan ekosistem yang terintegrasi dalam menarik minta wisatawan dan menjadi lokomotif dalam mendorong pemulihan pariwisata nasional.

"Memang kita tahu yang paling terdampak pandemi itu semua bisnis yang berhubungan dengan trafik," ungkap Dony.

Dony pun menyadari hal tersebut. Oleh karena itu, ucap Dony, BUMN-BUMN dalam InJourney saat ini tengah mereviu kondisi model bisnis dan keuangan. Dony menyampaikan anggota holding juga telah melakukan transformasi yang diharapkan memulihkan kinerja menjadi lebih baik.

"Ada dua hal yang kami lakukan yakni fundamental reviu dan fundamental improvement serta mereviu bisnis model anggota holding," lanjut Dony.

Dony menjelaskan fundamental reviu dan fundamental improvement berkaitan dengan struktur biaya dan revenue stream. Holding mendorong BUMN menyesuaikan struktur biaya dengan forecasting reveneue masing-masing perusahaan. 

"Memang trafik belum tentu akan kembali seperti 2019 dalam perencanaan yang kami buat, tapi kita fokus menurunkan cost agar tidak ganggu bottomline dan terus merugi," ungkap Dony.

Selain itu, lanjut Dony, holding juga mereviu model bisnis dari masing-masing BUMN. Dony menilai adaptasi dalam menghadapi perubahan model bisnis menjadi keharusan agar tidak tertinggal. Dony mencontohkan perubahan model bisnis yang terjadi pada hotel-hotel BUMN melalui skema operatorship di bawah Hotel Indonesia Natour (Persero). 

"Ini pertama kali dilakukan, dulu hotel (BUMN) terpecah-pecah sehingga tidak punya kekuatan dan benang merah. Dengan adanya Aviata jadi satu operatorship sehingga bisa konsolidasi," ucap Dony.

 

Dony menyebut proses bergabungnya hotel-hotel BUMN dalam satu wadah berjalan secara bertahap dan ditargetkan 122 hotel BUMN akan berada di bawah HIN pada 2023.

"Selanjutnya kita bisa menjadi (jaringan hotel) nomor satu di Indonesia," kata Dony.

Wakil Direktur Utama PT Aviasi Pariwisata Indonesia Edwin Hidayat Abdullah pada 24 November lalu mengatakan holding sudah menetapkan sejumlah target persiapan yang harus dilakukan hingga akhir 2021. Edwin mengatakan, hingga akhir Desember 2021, holding akan fokus pada penataan organisasi dan kebijakan.

Tak hanya itu, Edwin menegaskan, hingga akhir 2021 ini juga akan fokus terhadap inklusi ITDC. Kementerian BUMN sebelumnya memang memetakan masuknya ITDC ke dalam holding pada tahap kedua. Pada kuartal IV 2021 akan dilakukan proses inbreng ITDC yang akan dilakukan jika penyertaan modal negara kepada ITDC sebagai persero sudah disetujui.

Edwin menambahkan begitu juga dengan proses tahapan lainnya yang ditargetkan bisa dilakukan hingga akhir 2021. “Kami menargetkan penyelesaian inbreng saham serta inisiasi program tourism development seperti misalnya World Superbike Mandalika, new year event, rebranding hotel, dan lain sebagainya,” ungkap Edwin.

Untuk target 2022, lanjut Edwin, holding pariwisata dan pendukung juga akan fokus pada penataan Taman Mini Indonesia Indah. Begitu juga dengan transformasi Sarinah menjadi Retail Management.

Holding pariwisata dan pendukung pada 2022 juga akan melakukan transformasi. “Ini termasuk transformasi bisnis HIN menjadi Travel Management dan Hotel Operator serta penataan bisnis portofolio anak perusahaan,” ujar Edwin.

Dengan adanya target tersebut, Edwin mengakui dalam pelaksanaanya bukan berarti tidak memiliki tantangan. Salah satu tantangan terbesar yang harus dilewati yakni kondisi pandemi Covid-19.

 “Tantangan pada 2022 yaitu kondisi ketidakpastian terkait pemulihan Covid-19 di sektor pariwisata,” tutur Edwin.

Meskipun begitu, Edwin memastikan, holding tetap berkomitmen mendukung upaya pemerintah. Khususnya demi pemulihan pariwisata dan perekonomian nasional.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler