PKT Konsisten Implementasikan Tata Kelola Lingkungan yang Berkelanjutan
PKT tingkatkan kualitas lingkungan melalui inovasi program berkelanjutan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota holding PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) kembali meraih penghargaan Proper Nasional Peringkat Emas ke-5 kalinya dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Ini diberikan atas komitmen perusahaan dalam tata kelola lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat secara konsisten dan berkesinambungan.
Penghargaan diterima Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi dari Wakil Presiden Insonesiat Ma'ruf Amin yang didampingi Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar di Jakarta, Selasa (28/12). Rahmad mengatakan penghargaan ini merupakan wujud komitmen PKT yang secara konsisten mengimplementasikan tata kelola lingkungan, yang diselaraskan dengan pemberdayaan masyarakat dalam aktivitas industri secara berkelanjutan.
"Hal itu menjadi salah satu fokus utama PKT, yang disikapi melalui berbagai kebijakan dan program strategis yang diiringi dengan beragam peningkatan serta perbaikan setiap tahun," ujar Rahmad dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (29/12).
Kata Rahmad, peningkatan kualitas lingkungan sejauh ini diwujudkan dengan inovasi program berkelanjutan yang diintegrasikan dengan hasil kajian Life Cycle Assessment (LCA) dengan batasan sistem cradle to grave, yang diintegrasikan dengan inovasi program berkelanjutan. PKT menjadi Perusahaan pertama di Asia Tenggara yang mempublikasikan sertifikat produk ramah lingkungan atau Environmental Product Declaration (EPD) dari EPD Southeast Asia pada 2021.
"Deretan prestasi ini membuktikan PKT terus maju dengan mengedepankan lingkungan sebagai ujung tombak keberlanjutan industri," ucap Rahmad.
PKT terus meningkatkan performa kinerja lingkungan yang selama ini berjalan, di antaranya efisiensi energi dan air, penurunan emisi, program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) limbah B3 dan limbah non-B3, hingga perlindungan keanekaragaman hayati dan ekosistem perairan. Rahmad mengatakan PKT telah meningkatkan berbagai aksi nyata setiap tahun, seperti reintroduksi ribuan anggrek hitam sebagai tanaman endemik Kalimantan ke Taman Nasional Kutai (TNK) sejak 2018, pembibitan 12.556 tanaman langka, konservasi rusa sambar, penanaman ratusan ribu mangrove, hingga penurunan 500 terumbu buatan setiap tahun di area konservasi perusahaan.
"Tercatat, PKT telah menurunkan 4.822 terumbu buatan, melalui pemberdayaan kelompok nelayan di Kelurahan Loktuan, Bontang Utara, sebagai kawasan terdekat perusahaan hingga 2021," lanjut Rahmad.
Rahmad menyampaikan puluhan nelayan binaan juga dibekali berbagai kemampuan mulai dari transplantasi terumbu hingga sertifikasi menyelam agar monitoring dan perawatan terumbu berjalan optimal. Kini terdapat 38 genus karang di seluruh area rehabilitasi PKT, dengan pertumbuhan soft coral maupun hard coral relatif normal.
Sementara pengembangan budidaya mangrove, ucap Rahmad, dilaksanakan PKT melalui program Diversifikasi Mangrove dan Budidaya Kepiting (Server Mang Budi) di kawasan Telok Bangko Kelurahan Loktuan, yang tahun ini mencapai 183.167 bibit.
Rahmad menyebut kawasan ini merupakan pengembangan area konservasi di perairan Kedindingan Kota Bontang, yang sebelumnya telah ditanami 152.000 bibit pada kurun 2009-2015. Dari dua area konservasi tersebut, PKT telah menanam sebanyak 335.167 bibit mangrove, dengan target minimal 25 ribu bibit per tahun.
Rahmad menjelaskan, setelah diterbitkannya Peraturan Menteri KKP nomor 24 tahun 2019 tentang Tata Cara Pemberian Izin Lokasi Perairan dan Izin Pengelolaan Perairan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kawasan Telok Bangko resmi menjadi destinasi wisata Kota Bontang. Beberapa jenis mangrove yang ditanam di area ini meliputi Rhizopora apiculata, Rhizopora mucronata, Ceriops tagal, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops tagal dan Avicennia marina.
Program ini diikuti aspek pemberdayaan masyarakat, baik untuk pembibitan dan penanaman bibit oleh kelompok binaan maupun penjajakan peluang produk turunan seperti pembuatan sirup dan makanan ringan dari mangrove. "Upaya tersebut sebagai wujud perlindungan dan pelestarian sumber daya alam yang dilaksanakan PKT secara kontinyu, mengingat pelestarian lingkungan menjadi tabungan kekayaan alam yang tidak ternilai harganya bagi generasi penerus," ungkap Rahmad.
PKT, lanjut Rahmad, juga fokus terhadap peningkatan taraf hidup dan kemandirian masyarakat pada berbagai program, dengan mengangkat nilai budaya kearifan lokal yang diolah sebagai ciri khas dari keterpaduan sistem perekonomian kemasyarakatan berbasis people, profit dan planet, yang sejalan dengan misi perusahaan.
Rahmad menyampaikan PKT secara nyata dan signifikan memberikan dukungan terhadap pencapaian 17 indikator tujuan pembangunan berkelanjutan yang dibuktikan dengan diraihnya Indonesia Sustainable Development Goals Award (ISDA) dalam lima tahun terakhir. Salah satunya dari inovasi sosial melalui program Budidaya Tanaman Obat Keluarga (Budiman Oke) oleh kelompok Makrifah Herbal, dengan lini usaha pembibitan Toga, produksi minyak herbal, spa, eduwisata hingga chatering. Program ini dijalankan sejak 2017 hingga 2021, dengan tujuan akhir menjadi pusat edukasi Kampung Herbal di Kota Bontang.
Rahmad menilai program ini memiliki unsur kebaruan dengan membentuk lembaga kursus dan pelatihan herbal satu-satunya di Kaltim, yang juga memiliki manfaat mencegah perubahan iklim dengan adanya penghijauan di pekarangan masyarakat dengan replikasi secara berkelanjutan. Menurut Rahmad, inovasi sosial ini juga memberikan dampak positif dengan nilai Social Return on Investment (SROI) sebesar 1,39 dan berkontribusi dalam pencapaian SDGs hingga meraih penghargaan Produktivitas Paramakarya 2021 dari Kemnaker.
"Tata kelola lingkungan dan pemberdayaan masyarakat yang lebih optimal akan terus menjadi komitmen PKT sehingga keseimbangan antara profit, people dan planet sebagai salah satu misi perusahaan semakin maksimal dijalankan," kata Rahmad.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengapresiasi konstribusi seluruh perusahaan di Indonesia yang telah berkomitmen dalam tata kelola lingkungan dalam menjalankan aktivitas bisnis secara berkesinambungan. Menurut Maruf, selama 24 tahun terakhir Proper telah berkembang sebagai platform bagi dunia usaha, untuk melakukan praktik bisnis yang berkelanjutan dengan menerapkan prinsip ekonomi hijau.
Wapres menyebut proper juga telah bertransformasi dari kriteria sederhana berupa penilaian pengendalian pencemaran air, menjadi kriteria yang mengusung perbaikan berkelanjutan hingga saat ini mencakup kriteria tanggap kebencanaan.
"Seluruh kriteria ini diharap menjadi indikator bagi Perusahaan untuk terus berpartisipasi dalam pembangunan lingkungan secara berkelanjutan, yang tidak hanya berfokus pada pencapaian profit saja, namun juga memperhatikan lingkungan sekitar baik fisik, nonfisik hingga sosial," kata Wapres.