Omicron Terus Bertambah dan Kebijakan Nataru yang tak Berubah

Kasus positif varian Omicron bertambah 21 orang hari ini, semuanya dari luar negeri.

Republika/Thoudy Badai
Warga menunggu antrean sebelum melakukan tes usap (swab test) antigen di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Senin (27/12). Puskesmas tersebut memberikan layanan swab test antigen secara gratis kepada warga yang melakukan perjalanan antarprovinsi, tenaga kesehatan, serta pasien rawat inap dan rawat jalan. Layanan tersebut dilakukan setiap hari Senin-Jumat pukul 08.00 hingga 11.00 WIB. Sementara pemerintah mengimbau masyarakat untuk gencar melakukan testing dan tracing sebagai antisipasi penyebaran covid-19 varian Omicron. Republika/Thoudy Badai
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Rr Laeny Sulistyawati, Antara

Kasus positif varian Omicron terus bertambah. Hari ini pemerintah mengumumkan total sudah teridentifikasi 68 kasus positif Omicron.

Pertambahan kasus Omicron namun belum membuat pemerintah mengetatkan kebijakan di masa liburan pergantian tahun. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan belum menyusun kebijakan baru terkait sudah masuknya varian Omicron di Indonesia.

"Karena ini masih pada level terbatas, terutama mereka yang datang dari luar negeri dan kami sudah melakukan pengawalan yang ketat di pintu masuk, mulai darat, laut dan udara," kata Muhadjir, Rabu (29/12). Seandainya ada kenaikan, sambungnya, diharapkan tidak akan sampai menciptakan gelombang berikutnya. Sehingga belum ada perubahan dalam kebijakan libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.

"Hanya kita awasi lebih ketat saja, terutama tempat kerumunan dan pintu masuk yang kemungkinan ada celah akan kita siasati lebih," ujarnya.

Perihal transmisi lokal yang juga sudah ditemukan, menurut Muhadjir masih bisa dikontrol, dalam artian belum sampai berkembang biak. "Mudah-mudahan. Sepanjang penjelasan Pak Menteri Kesehatan, Insya Allah semua masih terkendali," katanya.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi, melalui keterangan tertulis, mengatakan 21 kasus baru varian Omicron merupakan pelaku perjalanan luar negeri. Mereka terdiri dari 16 Warga Negara Indonesia (WNI) dan lima warga negara asing (WNA).

Negara kedatangan paling banyak adalah Arab Saudi dan Turki. Sampai saat ini kasus Omicron di Indonesia kebanyakan dari pelaku perjalanan luar negeri.

Nadia mengimbau masyarakat untuk tidak panik menghadapi masuknya Omicron di Indonesia. Ia mengatakan upaya pelacakan kasus sedang diintensifkan di berbagai daerah untuk mendeteksi dini penyebaran Omicron sehingga dapat dicegah.

"Memang sejak semalam ada beberapa peristiwa evakuasi pasien di beberapa fasilitas pelayanan kesehatan, tapi belum tentu juga Omicron. Bisa saja Covid-19 saja," katanya.

Nadia mengatakan pengetatan di pintu masuk negara terus dilakukan, terutama di perbatasan laut dan darat. "Positivity rate di pintu masuk laut dan darat 10 kali lebih tinggi daripada di udara," katanya.

Nadia mengimbau masyarakat untuk mengurangi mobilitas dan tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan. "Kesadaran diri dan menahan keinginan berpergian harus dilakukan. Saya meminta masyarakat untuk bekerja sama mencegah penularan virus Covid-19 dengan menahan diri tidak bepergian," ujarnya.

Baca Juga



Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Laura Navika Yamani mengatakan, ada beberapa kemungkinan mengapa varian baru Covid-19 Omicron menyebar dengan cepat di Indonesia. Di antaranya deteksi strain baru Covid dengan metode pengurutan keseluruhan genom (Whole Genome Sequencing/WGS) di Indonesia yang masih tidak mudah dilakukan.

"Deteksi WGS ini kalau untuk Indonesia masih kesulitan karena butuh waktu. Jadi, pemeriksaan Omicron kan tidak bisa dilakukan dalam waktu yang cepat," ujar Laura saat dihubungi Republika, Rabu (29/12).

Dia melanjutkan, bisa saja sampel yang dikumpulkan sekarang kemudian hasilnya baru diumumkan lima hari kemudian karena proses pemeriksaannya agak lama. Sembari menghimpun seluruh sampel, dia melanjutkan, kemudian dilakukan identifikasi sampel yang sudah dikumpulkan. Sehingga ketika bertambah sedikitnya menjadi 46 kasus Omicron di Indonesia sebenarnya terinfeksi di waktu yang sama namun proses WGS yang berbeda dan membutuhkan waktu. Kemudian, hasilnya bisa diumumkan berbeda-beda.

"Karena butuh waktu sehingga pemeriksaan WGS agak terlambat sehingga baru diumumkan akhir-akhir ini tetapi itu sampel yang sudah cukup lama," katanya.

Selain itu, dia melanjutkan, ada kemungkinan terus bertambahnya kasus Omicron karena tergantung pada orang asing yang masuk. Kasus Omicron di Amerika Serikat (AS) sudah dominan lebih dari 70 persen. Berarti, proporsi risiko membawa Omicron bagi yang positif semakin meningkat dan kemudian memasuki Tanah Air.

Kemungkinan lainnya, dia menambahkan, jumlah kasus Omicron saat awal sebenarnya masih sedikit, sesuai dengan pola distribusi varian baru virus. Tetapi karena daya tular dari Omicron ini cukup meningkat dibandingkan mutasi virus lainnya yaitu Delta, maka orang  yang datang dari luar negeri dengan kasus positif akan meningkatkan risiko penambahan Omicron di Indonesia.

"Atau bisa juga kalau awal satu kasus Omicron kemudian tambah dua, tiga dan seterusnya hingga 46 mungkin memang sudah menyebar sebagai varian dominan. Kemudian ini bisa berarti penyebaran Omicron mendominasi dan meningkat," katanya.

Terkait Indonesia yang terlambat menutup atau membatasi pintu masuk perbatasan untuk antisipasi mutasi virus ini, Laura menilai sebenarnya karantina sudah diberlakukan sejak Omicron diumumkan. Bahkan, dia melanjutkan, lama karantina awalnya cuma beberapa hari kemudian diperpanjang delapan hingga 10 hari sebagai upaya antisipasi orang-orang yang datang membawa virus Omicron.

"Artinya mencegah sedini mungkin munculnya varian Omicron di komunitas. Omicron itu kan kasus imported case," ujarnya.

Ia menilai pemerintah telah melakukan penjagaan ketat, orang-orang yang masuk ke negara ini kemudian dikarantina, diperiksa. Namun, ia meminta masyarakat juga tidak boleh lengah.
Masyarakat harus tetap dengan melakukan protokol kesehatan (prokes), baik ketika ada varian baru virus atau tidak. Sebab, pencegahannya masih sama yaitu dengan prokes. Ia meminta masyarakat harus tetap waspada dengan kondisi saat ini. "Apalagi Omicron kan muncul di akhir tahun 2021," katanya.

Ia menambahkan, kalau aktivitas meningkat dan kalau prokes tidak dilakukan secara disiplin maka akan berisiko selama 2022 mendatang. Kondisi tersebut bisa membuat Indonesia tidak akan berhenti berjuang melawan Covid-19.


Infografis Liburan di Tengah Varian Omicron - (republika.co.id)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler