Epidemiolog : PTM Lebih Baik Dimulai Dengan Kapasitas Kelas 50 Persen
Vaksinasi lengkap dan kesiapan sekolah yang menerapkan PTM menjadi syarat utama
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Epidemiolog Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman memandang penerapan pembelajaran tatap muka (PTM) tidak disamaratakan di semua sekolah. Menurutnya, penerapan PTM lebih baik dimulai dengan kapasitas kelas 50 persen.
"Tampaknya hanya beberapa sekolah saja yang bisa memenuhi itu dengan aman, sisanya harus tetap dibagi dua kelas atau ditambah ruang belajarnya, " kata Dicky kepada Republika, Senin (3/1).
Terlebih, saat ini di Indonesia sudah terdeteksi kasus Covid-19 varian Omicron dengan jumlah penularan yang terus bertambah."Kluster Omicron bakal terjadi kalau mitigasinya lemah," ujarnya.
Oleh karenanya, syarat vaksinasi lengkap sifatnya wajib bagi setiap sekolah yang menerapkan PTM. Bahkan, tak hanya staf, murid dan guru, keluarga dari setiap orang yang terlibat dalam pelaksanaan PTM juga harus divaksinasi lengkap."Saya dukung PTM, tapi vaksin dua dosis harus untuk setiap orang di sekolah tidak ada pengecualian . Harus dua dosis Vaksinasi harus tercapai. Untuk vaksin usia 6-12 tahun sudah mulai bertahap," tegasnya.
Kesiapan sekolah, sambung Dicky, juga menjadi syarat utama. Mulai dari sirkulasi udara serta kapasitas setiap kelas dalam menampung siswa."Mitigasi penguatan lainnya seperti kualitas udara, ventilasi, masker, ini kan standar harus dilakukan," ujarnya.
Hal senada disampaikan Ikatan Dokter Anak Indonesia. Dalam rekomendasinya, IDAI menyatakan untuk membuka pembelajaran tatap muka, 100 persen guru dan petugas sekolah harus sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19. Anak yang dapat masuk sekolah adalah anak yang sudah diimunisasi Covid-19 lengkap 2 kali dan tanpa komorbid. "Sekolah tetap harus patuh pada protokol kesehatan terutama fokus pada penggunaan masker wajib untuk semua orang yang ada di lingkungan sekolah. Ketersediaan fasilitas cuci tangan. Menjaga jarak. Tidak makan bersamaan," kata Ketua Umum IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, Senin (3/1).
Sekolah juga harus memastikan sirkulasi udara terjaga. Mengaktifkan sistem pengawasan aktif per harinya untuk anak, guru, petugas sekolah dan keluarganya yang memiliki gejala suspek Covid-19.