Gurihnya Goreng-Gorengan Ala Indonesia yang Dimusuhi Dunia Sepak Bola

Semua yang masuk ke dalam tubuh akan berpengaruh terhadap performa di lapangan.

Shabrina Zakaria
Penjual menjajakan gorengan khas Indonesia yang digemari masyarakat.
Rep: Muhammad Ikhwanuddin Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemain Persija Jakarta, Marco Motta menyampaikan keluhannya soal makanan di Indonesia. Bukan soal rasa, melainkan jenis kudapan yang ia nilai banyak yang tidak baik untuk kesehatan. 

Baca Juga


Melalui kanal YouTube Persija Jakarta, mantan pemain Juventus itu berpendapat bahwa di Indonesia terlalu banyak makanan yang digoreng. Menurutnya, hal itu tidak menyehatkan terutama untuk para atlet. 

Hal itu pula yang membuatnya tidak banyak mencicipi kuliner Indonesia. Selama dua tahun berada di Bumi Pertiwi, Motta menerapkan seleksi ketat atas apa yang masuk ke dalam tubuhnya. 

"(Warga) di sini banyak menyuki makanan yang digoreng. Hal itu tidak baik untuk pesepak bola," kata Motta, baru-baru ini.

Meski memilih-milih makanan secara ketat, Motta mengaku bahwa masih banyak kuliner pilihan lain yang menyehatkan. Ia pun bakal terus mencoba ragam masakan yang sesuai dengan pola dietnya. 

"Saya yakin di sini banyak makanan enak. Saya akan berusaha untuk mencari lebih banyak (jenis makanan) saat libur," ujarnya.

Pemain berusia 35 tahun itu masih berharap melanjutkan karier sepak bola di Indonesia. Sejak didatangkan pada Februari 2020 lalu, Motta mengaku betah merumput di Liga 1. 

Persoalannya, kontrak Motta sudah habis per 31 Desember 2021 lalu. Sampai sekarang, belum ada kepastian dari manajemen Persija tentang kelanjutan kariernya. 

"Soal masa depan, saya bisa katakan bahwa selama satu tahun sepak bola tidak ada di Indonesia, saya memilih bertahan," ucapnya. 

Motta sudah mencatat 16 kaps bersama Macan Kemayoran sejauh ini. Dipasang sebagai bek kanan, dirinya dianggap masih menunjukkan kelincahan untuk mempertebal benteng pertahanan sekaligus menyusun serangan. 

Ia mengisyaratkan ingin tetap berada di Persija Jakarta setidaknya hingga akhir 2022 karena timnya juga belum memiliki sosok bek kanan yang mumpuni.

Persoalan makanan juga sempat menjadi salah satu fokus pelatih timnas sepakbola Indonesia saat ini, Shin Tae-yong untuk menjaga kondisi anak buahnya. Pada Mei 2021 lalu, juru taktik asal Korea Selatan itu tidak ingin penggawa skuad Garuda makan makanan sembarangan. 

"Dengan menu latihan yang bervariasi, pemain harus tahu apa saja yang dimakan dengan pengawasan dari kami, begitu juga staf pelatih lain," ujar Shin dilansir laman resmi PSSI. 

Makanan pun sempat disinggung Shin ketika Indonesia menjalani turnamen Piala AFF 2020 di Singapura, beberapa waktu lalu. Ia mengungkapkan, para pemain Indonesia diberi nasi boks selama kompetisi berjalan. 

"Untuk makanan, menu wajib adalah sayur, daging, ikan, salad, buah, susu, dan roti. Semua akan saya cek termasuk saat pemain mengambil takaran porsi makanan," ucapnya. 

Ia berpendapat, semua yang masuk ke dalam tubuh akan berpengaruh terhadap performa di lapangan. Karena itu, ia meminta dengan tegas para pemainnya untuk mengikuti aturan yang ia bangun. 

"Semua yang saya lakukan kepada pemain itu untuk pengingat dan mendidik bahwa untuk meningkatkan fisik butuh makanan yang benar," ucapnya. 

"Jadi jika ada yang makanan tidak benar dan tidak tepat waktunya, akan saya tegur. Harus makan protein tinggi agar kondisi fisik mereka meningkat," katanya menambahkan.

Berkat peraturan tidak tertulis yang diterapkan Shin, Indonesia berhasil keluar sebagai runner-up Piala AFF setelah takluk di tangan Thailand. Dengan skuad yang didominasi pemain muda yang rata-rata baru mencatat debut di kompetisi itu, Indonesia menjadi tim paling produktif dengan catatan 20 gol. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler