Analisis Pakar Linguistik Bantah Klarifikasi Ferdinand Hutahaean

Ferdinand menunjukan dokotomi antara kelompoknya dan kelompok lain di luar dirinya.

Istimewa
Ferdinand Hutahaean.
Rep: Meiliza Laveda Red: Ilham Tirta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Linguistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Makyun Subuki, menanggapi soal cicitan Ferdinand Hutahaean yang sempat membuat gaduh jagat maya. Meskipun cicitan Ferdinand sudah dihapus, jejak digitalnya masih tersimpan.

“Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah harus dibela. Kalau aku sih Allahku luar biasa, maha segalanya, DIA lah pembelaku selalu dan Allahku tak perlu di bela,” kata Ferdinand dalam akun @Ferdinandhaean3.

Setelah cicitan tersebut viral, Ferdinand membuat klarifikasi bahwa cicitan tersebut hanya dialog imajiner antara hati dan pikirannya. Menurut Makyun, dalam soal ini, Ferdinand membedakan dua macam Allah, yaitu Allah-mu dan Allah-ku. Apabila perbedaan ini dimaksudkan untuk menunjukkan dialog antara dirinya yang dirujuk melalui "–ku" dengan “dirinya", yang diabstrakkan dan dirujuk melalui "–mu", serta diberi jarak, maka itu tidak tepat. Sebab, entitas Allah dari dirinya dan “dirinya” yang diabstrakkan seharusnya sama.

Baca Juga



Kemungkinan besar dikotomi yang ditujukkan kepada kelompoknya dan kelompok lain di luar dirinya. “Klarifikasi dia (Ferdinand) bahwa cuitan itu hanyalah dialog antara dirinya dan ‘dirinya’ omong kosong,” kata Makyun kepada Republika.co.id, Kamis (6/1).

Selain itu, dalam tradisi agama semitik, apa yang disebut Allah dalam tradisi Kristen dan Allah dalam tradisi Islam di Indonesia pada dasarnya adalah entitas yang sama, sehingga membedakan Allah-mu dari Allah-ku tentu terkait dengan sosio-antropologis dibandingkan teologis.

Makyun menyebut, Ferdinand tengah membicarakan Allah yang dipahami dan dihayati secara berbeda oleh dua kelompok agama yang ia sebut dengan Allah-mu dan Allah-ku. “Jadi, cuitan itu dapat dinilai menyerang pemahaman kelompok agama lain (Islam) karena dia menyebut Allah yang dihayati oleh orang-orang Islam sebagai lemah dan harus dibela,” ujar dia.

Sebelumnya, Ferdinand dilaporkan oleh seseorang berinisial HP terkait dengan dugaan tindak pidana menyebarkan informasi, pemberitaan bohong (hoaks) yang dapat menimbulkan keonaran di kalangan masyarakat. Pelaporan ini didasarkan pada cicitannya yang dianggap menistakan agama. Cicitan tersebut menimbulkan kemarahan masyarakat. Tagar #TangkapFerdinand pun trending di media sosial Twitter.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan menyebutkan, cicitan Ferdinand Hutahaean yang diduga mengandung unsur SARA berpotensi menimbulkan keonaran di tengah masyarakat. Pihak Bareskrim Polri pun sudah memulai penyelidikan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
 
Berita Terpopuler