NATO Prihatin atas Situasi Kerusuhan di Kazakhstan
Sekjen NATO Jens Stoltenberg menyerukan diakhirinya kekerasan di Kazakhstan
REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Jumat (7/1/2022) mengungkapkan keprihatinan tentang situasi di Kazakhstan dan menyerukan diakhirinya kekerasan di negara itu.
“NATO mengikuti situasi di Kazakhstan dari dekat. Kami prihatin, kami menyesali jatuhnya korban jiwa,” kata Stoltenberg kepada wartawan setelah pertemuan virtual dengan para menteri luar negeri NATO.
“Penting agar kekerasan diakhiri, dan hak asasi manusia dihormati, termasuk hak demonstrasi damai dan kebebasan berekspresi,” tambah dia.
Menjelang pertemuan diplomatik utama minggu depan antara sekutu NATO dan Rusia, para menlu NATO membahas pembangunan militer Rusia di sekitar Ukraina, serta dua rancangan perjanjian tentang keamanan Eropa yang diusulkan oleh Moskow selama pertemuan mereka. Protes terhadap kenaikan harga bahan bakar gas (elpiji) telah berkembang menjadi kerusuhan besar-besaran di seluruh Kazakhstan selama seminggu terakhir.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan, setidaknya 18 petugas keamanan dan 26 pengunjuk rasa tewas selama kerusuhan yang sedang berlangsung. Sebagai tanggapan, Presiden Kassym-Jomart Tokayev mengumumkan keadaan darurat di ibu kota komersial Almaty dan wilayah Mangystau yang kaya minyak akibat kerusuhan yang menyebar ke seluruh negeri.
Tokayev mengatakan dia memerintahkan dinas keamanan untuk menembak dan membunuh orang-orang yang dia sebut “teroris”, dan menuduh mereka terus melakukan kekerasan. Dia juga menyetujui pengunduran diri pemerintah dan meminta dukungan dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif, aliansi Eurasia dari negara-negara bekas Soviet.